Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (37)

Kompas.com - 25/04/2008, 08:02 WIB

                                                                                                                                                                    [Tayang:  Senin - Jumat]

Kota Apel

Ketika kota Almaty didirikan sebagai benteng pertahanan oleh orang-orang Rusia pada tahun 1854, orang Kazakh masih hidup sebagai bangsa nomaden yang mengembara di padang luas. Tetapi para gembala ini tidak terima begitu saja tanahnya dijajah oleh bangsa asing. Bersama-sama dengan orang Uzbek, Kirghiz, Tatar, Turkmen, dan suku-suku Turki lainnya, bangsa Kazakh gigih membela ladang gembalanya.

Darah membasahi seluruh bumi Asia Tengah. Suku-suku gembala dibantai, diasingkan sampai ke Siberia. Perlawanan ditekuk habis. Ketika Bolshevik berkuasa, Tentara Merah semakin sadis menggempur para pengembara padang ini. Oleh pemerintahan komunis Soviet, orang Kazakh dan suku-suku nomaden lainnya dipandang terbelakang, tak berbudaya, dan oleh karena itu perlu dididik kembali.

Gaya hidup nomaden dan penggembalaan di padang-padang harus dihilangkan. Orang Kazakh tidak boleh lagi hidup bersama kuda dan domba, yang selama ini menjadi bagian dari denyut nadi mereka. Orang Kazakh pun harus belajar bahasa Rusia. Ketika Stalin berkuasa dengan tangan besi, suku-suku pengembara ini “disulap” menjadi bangsa sedenter, dan jutaan orang yang membangkang langsung dibantai. Itulah pendidikan kembali.

Tak sampai seratus tahun berselang, setelah melewati sejarah penuh darah dan penderitaan, Kazakhstan kini berubah menjadi negeri bergelimang kemakmuran yang sebelumnya tak berani mereka bayangkan. Pertokoan mahal mulai bermunculan di jalan-jalan utama Almaty. Pendapatan penduduk meroket, jauh meninggalkan negara-negara tetangga yang masih bergelut dengan kemiskinan. Orang-orang asing pun berbondong-bondong ke negeri ini, ikut mencicipi kue kemakmuran yang ditawarkan Kazakhstan.

Pertokoan baru dan mewah, Silkway Gipermarket (Hypermarket,) di Jalan Töle Bi seperti mal Jakarta yang dipindahkan langsung ke tengah padang Asia Tengah. Lantainya hanya tiga, tidak terlalu besar. Barang-barang yang ditawarkan semua impor dan mahal, mulai dari parfum Perancis hingga pakaian mode terbaru dari Italia. Barang-barang kelas atas ini dikerubuti para pembeli, yang juga sama-sama dari kelas atas.

Bahkan makanan pun dijual dengan harga kelas atas. Di food court lantai tiga, saya hanya bisa ngiler melihat menu-menu lezat dari berbagai negara disajikan di gerai-gerai. Tetapi apa daya, kantong saya berteriak berontak. Jangankan makan di food court, bakmi laghman dingin yang dijual di supermarket harganya sudah 5 dolar. Kawan saya membeli dua buah pisang dan sebuah apel, barang yang nyaris gratis di Indonesia, di sini harganya hampir 3 dolar.

Almaty, nama aslinya Alma Ata, dalam bahasa Kazakh berarti 'Bapak Apel'. Dinamai demikian karena produksi apelnya, yang besarnya bisa sebuah semangka, termasyhur sejak zaman Jalan Sutra. Tetapi kemakmuran mendadak juga membuat biaya hidup meroket gila-gilaan. Sekarang, tak semua orang mampu membeli apel. Termasuk saya, yang harus berhari-hari menahan lapar di tengah dinginnya bulan Desember di Almaty.

Saya sudah tidak tahan lagi tinggal di Kazkontrakt yang tak beda dengan penjara. Dengan backpack yang berat, saya menyusuri jalan-jalan berlapis es, mencari-cari hotel yang lebih layak. Hotel Kazhol, yang dua tahun lalu harganya masih 26 dolar per malam, kini sudah berubah menjadi hotel mewah berlantai keramik, memancarkan kejayaan masa keemasan Kazakhstan. Harganya pun ikut naik kelas. Paling murah 69 dolar untuk single room.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com