Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erhu Potehi? Tanya Saja Oei Sik Djien

Kompas.com - 06/05/2008, 10:12 WIB

GRESIK, SELASA-Kepiawaian Oei Sik Djien (57) memainkan erhu, alat musik asal Tiongkok, kerap mengundang decak kagum banyak orang. Bahkan, Oei Sik Djien yang punya nama Surya Putra ini juga dikenal mahir membuat erhu. Tak heran namanya terkenal di kalangan dalang wayang potehi yang kerap dimainkan saat Imlek.

Rumah Pak Nyo, panggilan akrabnya, yang terletak di Jalan Basuki Rahmat, Gresik, kerap menjadi jujugan para dalang wayang potehi untuk membetulkan erhu yang rusak. “Karena memang jarang orang yang bisa menbetulkan erhu,“ kata Pak Nyo mengawali cerita.

Menurut Pak Nyo, dirinya belajar membuat erhu secara otodidak sejak tiga tahun silam. Maklum, alat musik yang kerap menjadi pengiring lagu-lagu klasik Mandarin ini harganya cukup mahal. Saat itu, satu buah erhu ada yang mencapai Rp 6 juta. “Karena itu saya coba-coba membuatnya sendiri, dan sekarang lihat saja saya sudah mengoleksi 30 buah erhu buatan sendiri,“ paparnya.

Saat pertama kali membuat erhu, Pak Nyo mengaku butuh waktu hingga berhari-hari. Saat ini dirinya dapat membuat erhu hanya dalam waktu delapan jam. Saat itu, suara erhu yang dibuatnya tidak langsung sempurna. “Maklum baru mulai mencoba,“ kata alumnus SMAN 1 Gresik tahun 1966 ini.

Pak Nyo telaten membuat erhu karena kecintaannya pada alat musik tersebut. Bagi dia, memainkan erhu punya kepuasan tersendiri yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. “Kalau dengar nadanya, perasaan seakan melayang-layang,“ ungkapnya.

Menurut dia, tahapan pekerjaan yang paling rumit saat membuat erhu adalah ketika memasang kulit ular sebagai bagian yang bisa menimbulkan nada-nada. Sebab, dari kulit ular inilah kualitas Erhu bisa ditentukan. Biasanya, kulit ular yang dipakai adalah dari ular sanca atau piton. Selain itu, kayu juga dibutuhkan sebagai gagang erhu. Biasanya digunakan kayu merbau dan eboni. Kedua kayu itu dipilih karena kualitas kayu yang keras dan berat.  “Dari 10 erhu yang saya buat, mungkin hanya satu yang kualitas suaranya bagus. Itu semua tergantung saat memasang kulit ular itu,“ jelasnya.

Pak Nyo tak hanya piawai membuat erhu. Pria beranak dua ini juga lihai memainkan alat musik tersebut. Setiap malam, alunan musik erhu terdengar dari rumahnya yang sederhana, seakan menjadi musik pengantar tidur bagi warga sekitar Jalan Basuki Rahmat.

Meski begitu, tidak banyak warga yang tahu kepiawaian Pak Nyo memainkan alat musik tersebut. Namun, saat ulang tahun kelenteng Kim Him Kiong ke-368, Pak Nyo didaulat tampil mengiringi lagu Ni Wo Ta. Hampir 10 menit Pak Nyo tampil memukau warga Tionghoa dan warga sekitar yang memadati halaman kelenteng. “Itulah saya pertama kali tampil di muka umum, biasanya hanya diminta main erhu saat resepsi pernikahan anaknya teman,“ kata Pak Nyo.

Apakah Pak Nyo tidak berniat menjual erhu hasil karyanya? Pak Nyo mengaku membuat erhu karena menyalurkan hobinya mencintai alat musik itu. Karena itu, dirinya tak berani mematok harga jika ada yang berniat membeli erhu buatannya. “Kalau untuk sekadar suvenir, datang saja ke rumah,” katanya merendah. (MUSTAIN/SURYA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com