Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (64)

Kompas.com - 03/06/2008, 07:41 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Di Sini Sutra di Sana Sutra

Saya menghela nafas lega ketika berhasil melepaskan diri dari Halim, yang masih ingin terus menempel ke mana pun saya pergi. Tetapi, petualangan kemarin ke kantor polisi cukup sudah, dan saya tidak mau setiap malam harus tidur merangkul erat-erat tas kamera. Akhirnya Halim hanya minta 5.000 Sum untuk ongkos pulang, dan pergi dengan tertunduk lesu.

Masih dengan jantung yang berdebar-debar, saya memutuskan melanjutkan perjalanan untuk menemukan apa yang saya cari-cari selama ini. Kota Ferghana adalah kota besar di seluruh Lembah Ferghana, dengan barisan gedung yang semuanya berbentuk kotak, di pinggir jalan yang diteduhi pohon-pohon rindang. Tetapi Lembah Ferghana, bukan hanya kota Ferghana.

Orang yang datang ke sini pasti bertanya-tanya, "Mana lembahnya?" Sejauh mata memandang, ke segala penjuru, tak tampak sama sekali gunung apa pun. Lembah ini luas sekali, sampai 22 ribu kilometer persegi, sampai orang pun lupa berada di lembah.  Kota-kota berdiri di dasar lembah, mulai dari Margilan kota Sutra, Andijan tempat lahirnya Raja Babur, hingga Kokand kesultanan agung Asia Tengah, semakin menyemarakkan lintasan sejarah Uzbekistan.

Lembah Ferghana ini adalah salah satu perhentian utama di zaman Jalan Sutra, oasis bagi karavan-karavan unta berduyun-duyun melintasi gunung-gunung surgawi, barisan Pegunungan Tien Shan dan Pamir, membawa segala macam komoditas eksotik dari Tiongkok ke Eropa. Nama Ferghana tidak pernah lepas dari khazanah sejarahnya yang ikut bersinar bersama Jalan Sutra.

Berawal dari ketertarikan terhadap sutra, saya sekarang berada dalam sebuah marshrutka menuju Margilan, kota kecil yang hanya sekitar 30 menit perjalanan dari pusat kota Ferghana.

Kota kecil ini segera akan merayakan ulang tahunnya yang ke-2.000. Sebagai tempat perlintasan sejarah dan peradaban, Uzbekistan memang dipenuhi kota-kota berusia uzur. Bahkan dibandingkan Margilan yang kecil ini, Jakarta masih seumur bayi. Dan saya sangat gembira menemukan jawaban dari segala pertanyaan yang selama ini saya cari-cari.

Tak jauh dari pusat kota Margilan, ada sebuah pabrik sutra yang terkenal di seantero negeri. Namanya Pabrik Sutra Yodgorlik, satu di antara sedikit pabrik sutra dunia yang masih menggunakan teknik tradisional untuk memproduksi tenunan-tenunan berkualitas tinggi. Nasir, seorang pegawai pabrik, mengajak saya berkeliling.

Kegiatan pabrik ini memang sedikit sepi di musim dingin, karena bukan musimnya memanen ulat sutra dari kepompong. Nasir dengan bangga bercerita tentang produksi benang sutra Uzbekistan yang terkenal di dunia. Pemerintah membagikan 20 gram benih ulat sutra kepada para petani di Lembah Ferghana. Dua puluh gram, tidak banyak bukan? Tetapi bubuk yang nyaris tidak terlihat ini butuh makanan daun malberi sebanyak tiga kilogram per hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com