Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soto Betawi Zaman Londo

Kompas.com - 05/08/2008, 16:15 WIB

Soto Cikini

Cikini tak bisa lepas dari Taman Ismail Marzuki (TIM), demikian pula sebaliknya. Cikini menyimpan banyak kisah dari masa lampau, bahkan ketika Belanda masih bercokol di Batavia. Beberapa warung makan di jalan ini pun dimulai sejak londo-londo itu masih seliweran, hingga ke kawasan Menteng. Salah satu warung yang eksis lebih dari setengah abad tak lain adalah soto betawi milik Haji Ma'ruf.

Mereka yang sudah tinggal di Jakarta sejak tahun 1970-an dan doyan keluyuran mencari makanan enak bisa jadi sudah kenal warung soto betawi ini. Warung soto betawi H Ma'ruf ini semula berada di pinggir Jalan Cikini Raya di mana McDonald's kini berada. Meski banyak warga Jakarta yang sudah kenal dan masih ingat soto betawi ini, belum tentu mereka mengetahui sepak terjang H Ma'ruf menata hidup hingga akhirnya menemukan jalan pada soto racikannya ini.

Ma'ruf ‘senior' memulai berdagang soto dengan pikulan sekitar tahun 1950. "Dulu bapak dagang pake pikulan di depan gedung PLN Gambir. Enggak lama, trus menetap di Stasiun Gondangdia, tapi masih pake pikulan. Di sana sampai sekitar tahun 1963/1964, trus pindah ke (Jalan) Cikini Raya," begitu Muchlis Ma'ruf, putra H Ma'Ruf, berkisah. Sewaktu berlokasi di Jalan Raya Cikini, hingga tahun 1983, soto ini tak lagi dipikul tapi sudah berubah menjadi warung.

Meski warung, namun pembeli yang datang bukan hanya orang biasa. Maklum, Cikini kan masuk kawasan Menteng yang dikenal sebagai kawasan elit di mana pejabat dan mantan pejabat tinggal. Bahkan yang tak tinggal di kawasan ini pun rela mengukur jalan demi menyeruput soto racikan anak betawi asli. Zaman berubah, lahan di mana warung ini berada dikembangkan si pemilik. Alhasil Ma'ruf harus mencari tempat lain. Akhirnya warung ini mendapat tempat yang lebih baik.

Sejak tahun 1983 warung ini pindah ke Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM) dan menempati lahan yang cukup luas dengan nama Rumah Makan Betawi Soto H Ma'ruf. Menu andalan rumah makan ini, sesuai dengan namanya, tentu soto betawi. Soto ditemani sobatnya, tak lain sate kambing serta sate sapi. Rumah makan yang buka setiap hari sejak pukul 08.00 hingga pukul 20.30 ini bisa dibilang tak pernah sepi pengunjung.

Tak sedikit pejabat dan mantan pejabat yang menggunakan rumah makan ini sebagai tempat diskusi sekaligus mengisi perut. Pelanggan lama dan baru berbaur mengisi rumah makan ini. Sebut saja keluarga Cendana yang terbiasa memesan soto betawi ini, keluarga Jenderal Nasution, Gus Dur yang hingga kini masih sering mampir ke rumah makan ini, serta pesohor lain.

Bumbu Tradisional

Siang di akhir pekan lalu, Warta Kota berkesempatan mencicipi menu soto dan sate di sini. Satu porsi soto betawi, bisa pilih daging saja atau campur. Warta Kota memilih soto betawi daging dan sate kambing, tentunya, seperti menu khas betawi lazimnya.

Dari tampilannya kuah soto ini tak terlihat terlalu kental. Potongan daging memenuhi dasar mangkuk. Seruput kuahnya, maka terasa sekali rempah menendang lidah. Bicara soto betawi, orang tak lagi perlu membayangkan rasanya karena jenis makanan ini jentrek-jentrek di hampir semua sudut kawasan Jabodetabek.

"Yang pasti, soto kami tidak menggunakan bumbu masak. Pokoknya tidak ada vetsin. Kami menggunakan bumbu tradisional," begitu Muchlis menegaskan. Sementara perihal sate kambing dan sapi, dia menegaskan, daging yang digunakan adalah pilihan. Sate kambing di sini tak alot dagingnya.

"Kalau sate sapi kita pakai has dalam, seratnya kita buang. Ini supaya empuk dan makin enak," tambah Muchlis. Soal bumbu, jika Anda penggemar bumbu kecap, jangan lupa pesan ini jika tak ingin mendapatkan sate kambing Anda dibumbui kacang.

Seporsi soto betawi dibanderol Rp 26.000 sedangkan 10 tusuk sate kambing/sapi Rp 22.000. "Tapi saya bingung, mau naikin harga. Karena apa-apa naik, mau enggak mau kita juga harus naikin harga. Tapi nanti dulu, deh," keluhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com