Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (10): Kora

Kompas.com - 15/08/2008, 07:08 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]


Orang Hindu menyebutnya Kailash. Orang Tibet menyebutnya Permata Agung. Dalam  bahasa Mandarin namanya Shenshan, Gunung Dewa. Menjulang pada ketinggian 6638 meter, bertudung langit malam yang cerah. Ribuan bintang bertabut di angkasa raya. Langit menangkup ke seluruh batas cakrawala. Lolongan anjing bersahut-sahutan. Bulan bulat purnama. Keheningan malam membungkus Darchen.

           “Kamu harus banyak istirahat,” kata Xiao Wang, pria Sichuan pemilik warung, “keliling Gunung Dewa bukan perjalanan mudah. Kalau dalam perjalanan nanti lelah, jangan dipaksa. Di atas sana oksigen sangat tipis.”

Xiao Wang kemudian menceritakan tentang peziarah India yang bertubuh tambun dan mati di puncak sana. Tetapi karena ia Hindu, penduduk Tibet tak mengizinkan mayatnya dibakar di sini. Jenazah pria malang itu dibawa pulang lagi ke negaranya, melalui perjalanan panjang melintasi barisan gunung suci.

           “Malangkah pria itu? Sama sekali tidak,” lanjut Xiao Wang, “bagi mereka yang percaya, mati di tempat sesuci ini adalah berkah yang tiada terkira.”

Sejak China mengibarkan benderanya di Tibet, Dalai Lama mengungsi, hubungan China-India terus memburuk, kesempatan bagi orang Hindu India untuk sekadar melihat wajah Kailash – tempat paling suci dalam agama mereka – sangat tipis. Hanya mereka yang teramat sangat beruntung yang bisa memperoleh visa datang ke sini.

Kailash adalah tanah suci empat agama. Pemeluk Budha Tibet menyebutnya Kang Rinpoche, ‘Permata yang Mulia’. Gunung ini adalah mandala semesta. Di sini bertahta Sang Sakyamuni Budha. Bukit-bukit di sekitarnya adalah kediaman Bodhisatva Avalokiteshwara (Kwan Im), Vajrapani, dan Manjushri.

Kailasha, asal nama Kailash, adalah tempat yang paling suci bagi umat Hindu. Disyahdankan, Dewa Syiwa bertahta di puncak gunung ini, ditemani istrinya Parwati – putri Himalaya. Di sini mereka berdua larut dalam meditasi.

Kailash juga adalah tempat di mana kitab agung Ramayana dan Mahabharata ditulis. Gunung Kailash ini adalah jelmaan dari gunung khayalan Meru, perlambang nirwana, kediaman Dewa Brahma, tujuan perjalanan panjang pengembaraan jiwa.

Menurut mitologi Hindu, Garuda melindungi Gunung Meru dari terpaan dewa angin Bayu. Meru, yang menjadi pusat dunia inilah, sang Dewa Matahari Surya berkitar setiap harinya. Perjalanan sulit menuju Kailash, mengintip tempat bersemayamnya Dewa Syiwa, akan membebaskan jiwa dari keterikatan dan menggapai pencerahan.

Astrapada, demikian nama gunung ini dikenal oleh umat Jain, tempat Sang Risabha Dewa – tirtankhara pertama dalam agama ini – mencapai mokhsa atau nirvana. Tirtankhara adalah manusia yang mencapai pencerahan dan menjadi penuntun spiritual.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com