Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (67): Culture Shock

Kompas.com - 04/11/2008, 08:42 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]


Saya baru saja sampai di New Delhi dan amat terkejut dengan culture shock India. Walaupun sudah beberapa bulan saya berpetualang, tetapi gelar saya masih newbie alias pendatang baru di negara ini. Tak semua orang bisa langsung suka dengan sisi India yang tahu-tahu ditamparkan ke wajah..

Sopir bajaj autorickshaw ini cerewet sekali. Kepalanya yang dibalut surban merah terus bergoyang-goyang selama ia bicara. Mulutnya terbungkus jenggot putih yang menjuntai. Saya hanya ingin menumpang kendaraan untuk menuju ke KBRI, tetapi ia sudah mulai bercerita tentang adat India. Salah satu adat orang India yang langsung saya kenali, bicara tanpa henti dengan kepala miring ke kiri ke kanan berayun-ayun.

           “Bhai – saudara, saya bawa kamu ke Channakyapuri, tetapi sebelumnya, kita mampir dulu ke toko barang kerajinan. Di sana nanti kamu melihat-lihat barang ya. Sepuluh menit saja. Tak usah lama-lama. Kamu tak perlu beli. Nanti saya dapat komisi dari pemilik toko. Habis itu saya antar kamu ke kedutaan.”

Saya hanya ingin naik bajaj dengan harga murah.

           “Bhai, sekarang adalah musim wisata di India. Turis-turis suka sekali dengan barang kerajinan kami. Ada warna-warni.”

Terserah. Saya hanya ingin sampai ke kedutaan.

           “Bhai, nanti kalau pemilik toko memberi komisi, kamu tidak usah bayar ongkos rickshaw. Saya antar kamu gratis sampai ke tujuan!”

Sepuluh menit di atas rickshaw yang bergoncang hebat membuat saya rindu bajaj Jakarta. Tahu-tahu saya diturunkan di sebuah toko emporium di pinggir jalan sepi. Saya melihat-lihat sebentar, harganya mahal-mahal. Tak sampai lima menit saya sudah keluar.

           “Bhai,” keluh si sopir rickshaw yang nampak kecewa, “buat apa kamu bicara bahasa Hindi dengan pemilik toko? Kamu dikira orang India! Kalau orang India saya tak dapat komisi.”
           “Bukan urusan saya. Ayo antar saya ke Channakyapuri, nanti saya bayar ongkos rickshaw 20 Rupee!”

Mesin rickshaw yang bergemuruh dan berguncang dahsyat distarter. Kendaraan reyot ini berjalan pelan di atas jalan beraspal. Tak sampai tiga menit rickshaw berhenti. Saya dipaksa turun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com