Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (70): Perjuangan Demi Visa Pakistan

Kompas.com - 07/11/2008, 07:59 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Berita gempa bumi di Kashmir yang menewaskan hingga 40 ribu jiwa membuat hati saya tak tenang. Betapa ingin saya segera menuju ke Pakistan, mengabdikan diri di daerah gempa, melakukan perjalanan yang punya sedikit arti bagi kemanusiaan. Itu pulalah yang membuat saya bergegas melintas dari Kathmandu hingga ke New Delhi, sampai pada akhirnya saya berada di depan Kedutaan Pakistan di daerah Channakyapuri.

Kedutaan ini, levelnya High Commission, bak pasar yang dikerubuti banyak pembeli tetapi tak ada penjual. Pelataran di luar kedutaan dipenuhi orang India yang memohon visa. Banyak di antara mereka yang tidur di tikar, menghabiskan malam di pinggir jalan, hanya untuk bisa menyampaikan formulir kepada manusia-manusia dingin di balik tembok.

Petugas visa bersembunyi di balik loket-loket kecil. Loket inilah yang menjadi jendela mungil mereka berhubungan dengan para pemohon visa yang berbaris mengular. Cuma dua loket yang ada orangnya. Satu untuk perempuan, satu untuk laki-laki. Pakistan memang negara yang sangat terkenal membeda-bedakan jenis kelamin.

Satu lagi loket khusus, untuk orang asing dan pebisnis. Tak sampai dua menit, saya sudah sampai di depan loket, tak perlu mengantre bersama puluhan pelamar visa lainnya. Tak banyak bicara, petugas memberikan saya formulir untuk diisi, plus meminta saya membawa dua lembar foto dan surat pengenal dari kedutaan.

Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Delhi juga terletak di daerah Channakyapuri, sekitar sepuluh menit jalan kaki. Dengan penuh percaya diri saya menuju bangunan besar di sudut jalan ini.

          “Assalamualaikum, Sahab,” sapa resepsionis yang orang India. Tangan kanannya memegang buku bertulis huruf Arab, mulutnya juga komat-kamit melantunkan doa.

Saya menjelaskan maksud kedatangan saya.

          “Very difficult,” katanya, “visa Pakistan sulit sekali.” Resepsionis menceritakan sudah banyak orang Indonesia yang ingin mengajukan visa Pakistan dan KBRI selalu menolak menerbitkan surat.

           “Memang benar,” kata seorang ibu staf lokal yang sangat ramah dengan senyumnya yang cantik, “Bapak Diplomat tidak memberi surat dengan mudah. Ini karena banyak anggota Tabligh [yang hendak ke Pakistan]. Tapi keadaan kamu kan berbeda. Kamu pengelana, dan di paspor kamu sudah banyak visa negara-negara lain. Mungkin Bapak bisa memberi surat buat kamu.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com