Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (139): Do Nambar

Kompas.com - 13/02/2009, 07:59 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

 

Bagi perempuan, bepergian seorang diri di Pakistan tidak selalu mudah. Bukan hanya kendaraan yang penuh sesak, tetapi juga ada tangan-tangan jahil yang mengintai.

Di Pakistan, di mana segala sesuatu selalu dipisahkan untuk perempuan dan laki-laki, naik kendaraan umum bisa jadi kesusahan sendiri. Aturan mainnya, perempuan tidak boleh duduk di sebelah laki-laki kalau bukan muhrimnya. Untuk bus dan kereta, masalahnya tidak terlalu besar, karena tempat duduk banyak tersedia. Tetapi untuk angkutan kota lain lagi ceritanya.

Angkutan umum yang paling banyak mengarungi rute Rawalpindi – Islamabad adalah colt. Maksimal 14 orang bisa disumpalkan ke dalam mobil kecil ini. Jarang sekali saya melihat penumpang perempuan. Bukan hanya karena perempuan tidak banyak bepergian, tetapi sopir pun sering enggan menyediakan tempat buat wanita.

Apa sebab? Biasanya, tempat yang tersedia untuk penumpang perempuan adalah dua bangku di depan di sebelah sopir. Itu kalau jam-jam peak hour juga sudah diduduki laki-laki. Kalau bagian tengah atau belakang, kecuali sopir bisa menemukan empat atau delapan penumpang perempuan sekaligus, maka mengangkut penumpang perempuan berarti harus kehilangan banyak slot untuk penumpang laki-laki, yang lebih banyak. Keadaan sedikit lebih gampang kalau si perempuan bepergian dengan saudara laki-laki, sehingga dia bisa duduk di dekat jendela, dan si lelaki duduk berdampingan dengan penumpang lainnya.

Saya bisa memahami mengapa perempuan mendapat tempat istimewa dalam kendaraan umum. Pernah saya naik colt yang penuh sesak oleh penumpang. Di bagian tengah, di belakang sandaran kursi sopir, masih bisa dijejalkan lagi empat penumpang. Kebetulan saya mendapat tempat duduk di tengah, dan seorang pria berpakaian shalwar qamiz duduk di hadapan saya. Karena tempat yang sesak, kaki kanannya terhimpit di antara kedua kaki saya. Sepanjang perjalanan, sesekali mobil terlompat karena lobang di jalan, kakinya bergesekan di antara kedua paha saya. Tetapi seterusnya, walaupun tidak ada lobang di jalan, dia pun asyik menggesekkan kakinya, mungkin baginya sudah merupakan kenikmatan yang tak terhingga.

Kebanyakan penumpang perempuan lebih nyaman naik bus besar daripada kendaraan seperti ini. Walaupun tidak sebanyak colt, bus besar adalah favorit saya karena harga karcisnya yang lebih murah dan tempat duduknya yang lapang. Penumpang perempuan di bus bagian depan, laki-laki di belakang.

Waktu saya naik, bus masih kosong. Tempat duduk di sekitar sopir juga ditempati penumpang laki-laki. Kondektur juga mempersilahkan saya duduk di depan, perlakuan istimewa karena saya orang asing.

Kemudian ada penumpang perempuan naik. Kondektur langsung berteriak, “ladies hai... ladies hai...” untuk mengusir para lelaki yang duduk di kursi untuk perempuan. Dalam bahasa Urdu, perempuan disebut aurat, tetapi kata bahasa Inggris ladies lebih sering digunakan.

Penumpang laki-laki segera mengosongkan tempat duduk, mempersilakan perempuan untuk duduk di sana.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com