Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (142): Sebuah Desa di Lereng Gunung

Kompas.com - 18/02/2009, 07:52 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

 

Tengoklah tanah Kashmir ini. Gunung-gunung hijau tinggi menggapai langit. Manusia, bak semut, bertaburan dari kaki, pinggang, hingga ke puncak gunung. Di kala malam, gunung-gunung itu seperti mengenakan pakaian berkelap-kelip. Indah sekali.

          “Tetapi bayangkan ketika gunung yang menggapai langit itu, tiba-tiba, ditumpahkan ke atas kepalamu,” kata Syed Abid Gilani, pemimpin LSM Danish Muslim Aid di Islamabad, “itulah yang terjadi di Kashmir.” Ia menitikkan air mata.

Siapa yang tidak menangis meratapi bencana yang menimpa tanah Kashmir, surga di muka bumi? Bahkan setelah gempa bumi ini pun, tempat ini masih teramat indah.

Muzaffarabad gemerlap di waktu malam. Bukit-bukit diselimuti rumah penduduk. Setiap rumah menyalakan lampu, menjadikan bukit ini tidak hanya berselimut gelap yang muram. Saya malah teringat Hong Kong. Walaupun tidak ada gedung tinggi di sini, Muzaffarabad tak kalah cantiknya.

          “Listrik, air, semua gratis untuk korban gempa selama enam bulan, 24 jam sehari,” kata Rashid. Tak heran semalam suntuk semua orang menyalakan lampu. Kota ini seperti lautan bintang yang berkelap-kelip, mendaki dari permukaan bumi, menyusuri lereng gunung, hingga ke langit tinggi bergabung dengan bintang yang sesungguhnya di batas cakrawala.

Tetapi banyak di antar penduduk yang kurang beruntung. Bukannya menikmati fasilitas gratis ‘pelipur lara’ dari pemerintah, mereka masih harus tinggal di tenda-tenda kumuh di lapangan sepak bola. Tent city, atau kota tenda, jajaran kemah yang berbaris rapat dan kumuh, masih menjadi pemandangan lumrah di kota ini.

          “Orang-orang masih trauma. Mereka sebenarnya banyak yang masih punya rumah, tetapi kejadian gempa kemarin itu terlalu menakutkan. Gempa susulan masih sering terjadi. Siapa yang tega kembali tinggal ke rumah yang sudah mengantarkan para kerabat ke pintu kematian?” Rashid menjelaskan.

Kantor Danish Muslim Aid di Muzaffarabad adalah beberapa kamar di sebuah rumah kontrakan di distrik Chela Bandi, di pinggiran ibu kota provinsi ini. Dindingnya sudah retak-retak karena gempa, tetapi tidak terlalu parah. Kalau ada gempa, ngeri juga.

Di sini ada beberapa staf yang tinggal untuk keperluan administrasi. Tetapi sebagian besar staf DM-Aid tinggal di lapangan, di sebuah desa bernama Noraseri, 17 kilometer ke utara, di lereng gunung tinggi. Di sanalah mereka mendistribusikan bahan-bahan bangunan untuk membuat rumah yang tahan gempa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com