Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (187): Minoritas

Kompas.com - 23/04/2009, 08:37 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Minggu, 28 Oktober 2001, pukul 9 pagi kurang sedikit, jemaat Kristen Protestan baru saja mengakhiri kebaktian. Bapak pendeta melangkah keluar, diikuti oleh umatnya yang berbaris untuk bersalaman dan menerima pemberkatan.

Tiba-tiba, dua orang tak dikenal menyergap melalui pintu gerbang. Mereka memuntahkan peluru dari bedil otomatis. Mayat bergelimpangan. Darah mengalir di mana-mana. Enam belas orang meregang nyawa.

Ini terjadi di Bahawalpur di jantung propinsi Punjab. Teror berdarah pertama yang ditujukan bagi minoritas Kristen sejak puluhan tahun silam. Namun ini bukan yang terakhir. Hingga saat ini, umat Nasrani di kota ini masih dicekam ketakutan dan trauma.

Gereja Katolik Santo Dominic, terletak di pusat kota Bahawalpur, langsung menjadi sorotan dunia. Dulu umat Protestan juga beribadah di sini, tetapi setelah tragedi itu mereka menggunakan gereja sendiri. Setiap misa di Gereja Santo Dominic juga dikawal polisi bersenjata, untuk menghindari serangan lainnya.

Saya sangat tercengang melihat interior gereja ini. Sangat sederhana. Hanya ada tiga bangku panjang di kanan untuk laki-laki dan tiga lainnya di kiri untuk jemaat perempuan. Tempat yang disediakan bagi sebagian besar jemaat adalah permadani yang terhampar. Jemaat beribadah dengan bertekuk di atas lutut, menjatuhkan diri di hadapan Tuhan. Ini sesuai dengan arti harafiah kata gereja dalam bahasa Urdu, girjah, tempat (jah) berjatuh (gir).  

Lantunan lagu rohani Katolik yang berat dan khidmat mengiringi iring-iringan pastor yang akan memimpin misa. Semua umat berdiri takzim. Yang laki-laki hampir semuanya mengenakan shalwar kamiz. Yang perempuan berkerudung dan berjilbab. Khotbah disampaikan dalam bahasa Urdu. Seperti umat Muslim, umat Kristen menyebut Tuhan sebagai Khuda. Tetabuhan kendang dan harmonium yang biasa mengiringi qawwali – musik religius Sufi – menggemakan kebesaran Tuhan.

Ruangan Pastor Nadeem Joseph, merangkap sebagai kepala sekolah di sini, dihiasi gambar-gambar Muhammad Ali Jinnah – Bapak Pendiri Pakistan, Yesus Kristus, dan Bunda Maria. Kipas angin tua berderik ketika baling-balingnya menghamburkan panasnya bulan Mei yang menyengat.

          “Semuanya gara-gara Amerika,” kata Pastor Nadeem mengawali kisahnya, “serangan Amerika ke Afghanistan untuk membalas kejadian 11 September 2001 membangkitkan kemarahan di Pakistan. Tetapi justru kamilah yang menjadi sasaran kemarahan itu.”

Di hari naas itu, delapan orang berkomplot melakukan pembantaian di gereja ini. Ada yang mengintai di luar, ada yang berjaga di halaman, ada yang menerjang masuk. Pelaku yang berhasil ditangkap mengungkap bahwa mereka ingin memberi ‘pelajaran’ kepada Bush dengan menyerang gereja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com