Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kayu Ulin Jadi Obyek Wisata di Palangkaraya

Kompas.com - 12/05/2009, 09:37 WIB

PALANGKARAYA, KOMPAS.com — Keberadaan jenis kayu khas Kalimantan yang disebut kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang masih tumbuh di hutan wilayah Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dijadikan obyek wisata pemerintah kota setempat.

Demikian dikatakan Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Palangka Raya, Anna Menur, di Palangkaraya, Senin (11/5). Menurutnya, kayu ulin mampu memberi warna pada pariwisata Palangkaraya.

Kehidupan pohon kayu ulin di hutan memperoleh perhatian wisatawan, bukan saja wisatawan nusantara juga wisatawan mancanegara. Jenis kayu tersebut menarik untuk dikunjungi karena merupakan jenis kayu langka dan hanya dapat ditemukan di hutan-hutan tertentu di Kalimantan, salah satunya di Palangkaraya.
     
Banyak wisatawan yang tahu kayu ulin setelah menjadi papan, balok, atau bahan bagnunan lainnya. Mereka tidak pernah melihat kayu itu dalam bentuk aslinya. Pohon kayu ulin yang masih hidup itu bisa dilihat di hutan Kota Palangkaraya di wilayah obyek wisata susur sungai Kahayan. Mereka yang mengikuti wisata susur sungai akan melewati kawasan hutan yang ditumbuhi pohon-pohon ulin.

Kayu ulin juga bisa dijumpai di kawasan obyek wisata Bukit Tangkiling, sebuah taman wisata bernuansa alam perbukitan di Kecamatan Bukit Batu yang berjarak 34 km dari pusat Kota Palangkaraya. Selain kayu ulin, di kawasan ini juga dapat ditemukan jenis kayu khas Kalimantan lainnya, seperti meranti, keruing, ramin serta ratusan spesies flora dan fauna lainnya yang susah ditemui di daerah lain.     

Sulit diperoleh
     
Kayu ulin merupakan jenis kayu yang tak mudah lapuk baik di dalam air maupun di daratan. Karena itu,  kayu ini diburu untuk bahan bangunan, terutama sebagai penyangga rumah yang didirikan di atas daerah berawa di Pulau Kalimantan. Akibat terus diperjualbelikan, keberadaan kayu ulin kian sulit diperoleh dan harganya makin mahal.

Di sejumlah daerah kayu ulin dilarang untuk dikomersilkan. Kayu yang diperdagangkan dan terkenal karena kekuatannya adalah kayu-kayu yang usianya ratusan tahun yang diambil dari habitat aslinya di hutan. Meski harganya relatif mahal sampai saat ini belum ada yang berhasil membudidayakan pohon ulin.     

Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan. Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin, dan telian.
     
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai, kosen, bahan untuk bangunan jembatan, bantalan kereta api, dan kegunaan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com