Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Bangkok dari Chao Phraya

Kompas.com - 13/12/2009, 09:09 WIB

Oleh: Frans Sartono

KOMPAS.com — Menyusuri Sungai Chao Phraya di kota Bangkok, Thailand, saya teringat lagu Bengawan Solo. Bedanya, di Chao Phraya tidak hanya kaum pedagang yang naik itu perahu, tetapi juga pelajar, mahasiswa, karyawan berdasi, sampai mbak-mbak dengan rok mini.

Si mbak yang mengenakan rok mini tadi bekerja di Chatrium Bangkok Hotel yang terletak di tepi Sungai Chao Phraya. Setiap hari ia berperahu menyusuri sungai menuju ke tempat kerja. Ah, jadi ingat lagu "Sebiduk di Sungai Musi" dari Alfian yang bertutur tentang seseorang yang bertemu dengan gadis di perahu yang menyeberangi Sungai Musi, Palembang.

Sungai yang membelah Bangkok itu mengalir tenang dan perahu pun mulus melenggang. Penumpang bisa mengobrol santai, termasuk kepada orang Indonesia yang belum mereka kenal (dan sempat mereka kira sebagai orang Laos).

Nona dengan rok mini tadi tidak sendirian. Banyak karyawan hotel, bank, atau perkantoran lain yang menggunakan perahu sebagai moda transportasi, layaknya bus atau angkot di Jakarta. Lewat sungai lebih cepat. Orang tidak perlu terkena risiko macet di jalan, kata mbak yang belum sempat ditanya namanya itu.

Banyak pekerja menggunakan perahu karena di sepanjang sungai itu banyak gedung perkantoran, hotel bertaraf internasional, dan pusat perbelanjaan. Tersebutlah, antara lain, Marriott, Shangri-La, Royal Orchid Sheraton, Mandarin Oriental, dan Millennium Hilton Hotel. Pusat perbelanjaan River City Shopping Complex juga berada di sekitar sungai.

Gedung-gedung penting pun berjajar di tepi sungai. Sebut saja museum nasional, gedung teater, kampus, termasuk Universitas Thammasat dan Universitas Silpakorn. Begitu pula kuil terkenal banyak dibangun di sepanjang sungai, misalnya, Wat Pho, Wat Sawetta Chat, Wat Thong Noppakum, dan Wat Arun.

Bahkan, istana raja, Royal Grand Palace, juga berdiri megah di pinggir Sungai Chao Phraya. Ini adalah istana resmi raja-raja Thailand sejak abad ke-18 hingga hari ini yang dibangun pada tahun 1782. Ketika ibu kota Thailand dipindah ke Bangkok pada awal kekuasaan Raja Rattanakosin tahun 1782, sungai menjadi jalur penting transportasi. Bahkan, saat itu dibangun kanal-kanal penghubung. Itu sebabnya Bangkok sering disebut Venesia dari Timur. Di Bengawan Chao Praya, sejarah Thailand melintas.

Bengawan Chao Phraya terbentuk dari pertemuan dua arus sungai, yaitu Sungai Ping dan Sungai Nan yang berhulu di bagian utara Thailand. Pertemuan arus itu terjadi di Provinsi Nakhon Sawan. Dari titik pertemuan itu, Chao Phraya mengalir sepanjang 365 kilometer dari utara ke arah selatan dan bermuara di Teluk Thailand. Sungai ini melintasi tak kurang dari sepuluh kota, termasuk Bangkok.

Sungai dengan air berwarna coklat itu tampak bersih dari sampah. Tanaman eceng gondok tampak di bagian pinggir sungai, tetapi tidak mengganggu lalu lintas air. Tak seorang pun penumpang perahu terlihat membuang sampah ke sungai. Mereka tampak sangat mencintai sungai.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com