Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/12/2009, 07:39 WIB
KOMPAS.com — Sejak terbentuknya Panitia Khusus Angket DPR untuk menyelidiki kasus penyelamatan Bank Century, kata sistemik semakin populer di masyarakat. Tindakan penyelamatan bank kecil tersebut menurut pejabat otoritas moneter dan fiskal karena dikhawatirkan berdampak sistemik. Artinya, kalau tidak diselamatkan pada saat itu, maka hal tersebut akan membahayakan perbankan secara keseluruhan, membahayakan sistem pembayaran, dan juga membahayakan perekonomian.

Pendeknya, mendengar kata sistemik pada saat pengambilan keputusan penyelamatan Bank Century waktu itu kira-kira sama mengerikannya ketika orang mendengar kata-kata ”bahaya laten” di era Orde Baru. Betapa susah hidupnya jika seseorang dicap sebagai anasir-anasir organisasi yang selalu disebut-sebut mengandung bahaya laten.

Pada tingkat akar rumput, kehidupan nyata rakyat banyak, sebenarnya masih sangat banyak bahaya sistemik dan bahaya laten. Jumlah penganggur ogah turun secara drastis angkanya juga menyimpan bahaya sistemik. Bahaya laten kemiskinan juga tak kalah mengerikan.

Ketidakadilan yang dirasakan masyarakat juga sangat berbahaya. Ketidakadilan di muka hukum, perlakuan dan pelayanan, kesempatan memperoleh akses pendidikan dan kesehatan, dalam hal memperoleh kredit yang disediakan pemerintah, bantuan langsung tunai, semua itu hanyalah deretan pendek persoalan di masyarakat.

Beberapa waktu lalu seorang pedagang kakao di Sulawesi Selatan bercerita betapa petani kakao di sana juga menghadapi bahaya laten, bahaya sistemik. Apa pula petani ini bicara bahaya laten, sistemik segala...!

Petani kakao itu dirundung malang. Mereka menghadapi masalah kronis penyakit yang menyerang tanaman kakao sehingga menurunkan produksi dan mutu biji kakao. Penyakit itu benar-benar memangkas harapan petani di sana.

Di Sulawesi, luas areal kakao mencapai 932.762 hektar atau 63,3 persen dari luas areal nasional. Produksinya mencapai 508.135 ton (65,2 persen) dari produksi nasional. Petani yang terlibat mencapai 765.910 keluarga.

Dari total areal tersebut, terdapat sekitar 450.000 hektar tanaman yang bermasalah, diserang penyakit penggerek buah dan penyakit lainnya, sehingga menurunkan produktivitas tanaman dan mutu biji kakao yang dihasilkan.

Bukan main. Dari seluas 450.000 hektar tanaman kakao yang bermasalah tersebut, sekitar 70.000 hektar tanaman harus diremajakan alias diganti total. Terpaksa harus diganti karena tanaman tersebut tidak bisa lagi diandalkan sebagai sandaran hidup petani.

Potensi kerugian yang semakin besar menganga lebar-lebar di hadapan petani manakala tidak ada tindakan drastis. Areal tanaman seluas 70.000 hektar itu tersebar di 42 kabupaten di enam provinsi di Sulawesi. Selain 70.000 hektar yang terserang berat, 235.000 hektar lainnya kategori sedang dan 145.000 hektar terkena serangan ringan dan kurang terpelihara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com