Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentang Tabu dan Tidak Tabu

Kompas.com - 09/04/2010, 17:23 WIB

"Ayo tutup matanya! Jangan buka sebelum dikasih aba-aba ya," seru ibu saya.
"Kenapa sih enggak boleh lihat? Emang dosa ya?" tanya saya penasaran.
"Ya enggak boleh lihat lah..Itu bukan untuk anak kecil, tabu!" timpal bapak saya.

Percakapan itu hingga kini masih terekam dalam kenangan saya ketika dulu liburan bersama keluarga ke New York, Amerika Serikat. Usia saya baru 13 tahun, kakak saya baru satu SMA sementara si bungsu baru genap 6 tahun. Jadi, wajar sekali kala itu orang tua saya menjaga betul pandangan mata kami anak-anaknya. Sepanjang jalan, di dalam taksi, orang tua kami sibuk memerintah anak-anaknya menutup mata setiap kali kami melewati papan iklan agak seronok.

Pemandangan kota New York tahun 80-an sudah terasa "heboh" bagi kami. Saat kami berjalan kaki, ibu tak henti memberi nasihat tiap kali kami berpapasan dengan wanita berpakaian minim yang memperlihatkan hampir seluruh tubuhnya. Kata yang berulangkali diucapkannya adalah "sopan" dan "tabu".

Tidak hanya di jalan. Taman kota pun bukan tempat yang "aman" buat pandangan mata kami. Alih-alih mengajak anak-anaknya berpiknik orang tua saya malah panik ketika di sejumlah penjuru taman kami menjumpai sejumlah pasangan remaja asyik bercumbu dan berguling-guling di rumput.

Tahun 2000 ketika saya meninggalkan Indonesia, rasanya aturan tentang sensor film masih ketat. Seingat saya, tidak boleh ada adegan ciuman. Di kolam renang, banyak saya jumpai wanita yang mengenakan pakaian renang menutupi seluruh tubuhnya meski ia tidak berjilbab. Tentu, demi kesopanan.

Kang Dadang (David) sempet terkejut ketika melihat pemandangan ini di kolam renang. Mau berenang apa mau  menyelam ke laut, cetus Kang Dadang. Saat berkunjung ke Jakarta adik ipar saya sempet rikuh dengan baju renang seksinya. Akhirnya dia nyemplung juga ke kolam renang setelah saya jelaskan bahwa masyarakat Indonesia, meski memegang teguh norma keyakinannya, sangat menghargai budaya masyarakat barat.

Nudis

Hidup di tengah masyarakat Indonesia saya banyak berkutat dengan sejumlah hal yang dianggap tabu. Di Perancis, apa yang dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia malah dianggap sebagai hal yang lumrah.

Saya ingat betul betapa terkejutnya saya di musim panas pertama saya di negeri ini. Saat itu bersama Adam, anak pertama saya, tengah asyik membuat kastil dari pasir. Tiba-tiba muncul pasangan kakek nenek, usianya sekitar 50-60 tahun, menggelar handuk di depan kami. Tanpa sungkan mereka berdua dengan santai melepas seluruh pakaian mereka dan membiarkan tubuh keriputnya menjadi santapan mata kami.  "Ck...ck...ck..udah tua bukannya insyaf ya? Malah makin hebohhhh!" batin saya.

Di Indonesia kita sering mendengar ungkapan "udah tua, insyaf". Rasanya ungkapan itu tak berlaku di sini. Yang lazim "diimani", justru karena sudah tua mari menikmati hidup sebanyak-banyaknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com