Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Hadir di Gili, Turis Pun Senang

Kompas.com - 20/07/2010, 08:02 WIB

MATARAM, KOMPAS.com — Wisatawan mancanegara ataupun domestik menyambut baik kehadiran polisi di obyek wisata tiga gili (pulau kecil), yakni Gili Trawangan, Meno, dan Air di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

"Semenjak polisi ditempatkan di obyek wisata tiga gili, 4 Juli lalu, belum ada wisatawan yang mengklaim tidak nyaman atau terganggu. Itu berarti kehadiran polisi di lokasi itu dibutuhkan," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) NTB Lalu Gita Aryadi, di Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, Senin (19/7/2010).

Aryadi mengemukakan hal itu setelah "Coktail Party" tamu hotel dan undangan The Oberoi Lombok Indonesia.

Pada 4 Juli lalu, dalam memperingati HUT Ke-64 Bhayangkara, Kapolda NTB Brigadir Jenderal (Pol) Arif Wachyunadi meluncurkan program polisi pariwisata yang ditempatkan di kawasan tiga gili. Polda NTB membangun pos pengamanan di tiga gili itu kemudian ditempati oleh 15 orang personel secara bergantian.

Sebelum penempatan personel Polri di tiga gili itu, pengawasan kamtibmas hanya dilakukan oleh seorang anggota polmas untuk setiap gili sehingga praktis tidak mungkin dapat mengawasi aktivitas di gili tersebut, apalagi yang berkaitan dengan penegakan hukum.

Lemahnya pengawasan hukum di kawasan tiga gili itu mengakibatkan suburnya praktek penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) dan berbagai penyakit masyarakat.

Namun, pascapenempatan personel Polri di kawasan tiga Gili itu, muncul beragam tanggapan miring dari pihak tertentu yang dirilis media masa lokal sehingga Polda NTB memandang penting untuk mengklarifikasinya.

Aryadi menekankan pentingnya upaya koordinasi para pihak agar kehadiran polisi di obyek wisata tiga gili itu selalu didukung semua pihak. Menurut Aryadi, awig-awig yang selama ini diberlakukan di obyek wisata tiga gili itu akan tetap berlaku dan sifatnya mendukung tugas-tugas kepolisian, terutama dalam hal penegakan hukum. "Awig-awig tetap dipergunakan, seperti sanksi bagi seorang pencopet, yakni diasingkan dari lingkungannya," ujarnya.

Awig-awig merupakan suatu nilai-nilai lokal atau pranata sosial yang telah ada sejak dahulu kala yang berfungsi mengatur masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam di wilayah setempat.

Sejauh ini, awig-awig yang dipatuhi masyarakat setempat termasuk di tiga gili cukup manjur dalam menjaga dan mengamankan para wisatawan meski tanpa aparat keamanan. Sementara tugas polisi lebih mengarah kepada upaya menciptakan kondisi agar wisatawan semakin nyaman dan damai.

"Tugas antiterorisme atau kejahatan transnasional tentu merupakan kewajiban polisi sehingga kehadiran polisi untuk mengamankan obyek wisata andalan itu juga sangat diperlukan," ujar Aryadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com