Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wow... Panorama Surgawi di Pulau Brehat

Kompas.com - 20/09/2010, 16:39 WIB

KOMPAS.com - Bretagne! Sejak pertama tinggal di Perancis, nama daerah ini kerap mampir di telinga saya. Tapi sampai 9 tahun menjadi penduduk di sini hanya namanya saja yang tergiang. Bretagne itu selalu dingin, di sana setiap hari hujan terus biar pun musim panas tetap saja turun hujan. Kalau mau lihat kulit pucat seperti cat tembok putih ya pergi saja ke Bretagne. Biar pun berjemur seharian di pantai matahari Bretagne terlalu lembut bagi kulit.

Omongan yang selalu jadi bahan olokan bagi orang Bretagne, karena cuaca di sana memang terkenal beku bila musim dingin dan sejuk bila musim panas. Kata musim panas betulan boleh dibilang tak terlalu berlaku, tak seperti di kota saya Montpellier sehari berjemur di pantai hasilnya dijamin gosong deh kulit  kita.

Perbandingannya seperti ini, pagi hari di musim panas di Montpellier dan sekitarnya suhu udara sekitar 23 hingga 27 derajat dan beranjak hingga 40 derajat, sedangkan di Bretagne suhu 27-30 derajat biasanya suhu maksimal di siang hari. Jadi bisa dibayangkan perubahan drastis yang kami alami padahal masih dalam satu negara.

Setelah menghabiskan dua malam di kota Blois maka kami melanjutkan liburan kami ke Bretagne, daerah yang selama ini hanya berupa keinginan akhirnya kami niatkan untuk diwujudkan. Wujudkan kata yang tepat bagi kami, karena dari kota kami tinggal di Perancis Selatan, menuju Bretagne memakan waktu hingga 10 jam perjalanan dengan kendaraan. Karena itu kami memotongnya dengan bermalam di kota Blois.

Tepat seperti yang digambarkan orang-orang, kami datang disambut hujan gerimis! Dan hawa sejuk! Malam itu kami tidur dengan berselimut tebal, berbeda sekali dengan kebiasaan di Perancis selatan di musim panas, jangankan selimut, pakai baju tidur saja sudah bikin gerah!

Pagi harinya, hawa segar menyambut kami untuk sarapan di vila tempat kami menginap di kota Pordic. Kota Pordic berada di daerah Cote d'Armor di selatan Bretagne. Dan tujuan hari itu adalah Ile Brehat (Pulau Brehat). Pulau kecil yang menurut pandangan orang sebagai pulau bunga dengan karang menakjubkan, gambaran surgawi bagi pengagum alam.

Bagaimana menuju Pulau Brehat? Hanya satu cara menyeberang dengan kapal laut. Pulau bunga ini melarang kendaraan bermotor. Pasti pembaca bingung, lalu bagaimana sehari-hari mereka beraktivitas? Ya dengan berjalan kaki, sepeda atau menggunakan tenaga binatang sebagai alat pengangkut. Primitif? Sama sekali tidak! Pulau ini sangat moderen dan wisatawan yang datang pun tak ada yang mengeluh, dengan suka cita mereka mengungkap keindahan pulau ini dengan berjalan kaki selama berjam-jam.

Hanya traktor khusus sebagai pengangkut barang besar seperti bahan bangunan yang diperbolehkan di pulau cantik ini. Itu pun harus dengan izin khusus, misalnya untuk pembangunan suatu tempat tinggal atau semacamnya. Jadi bisa dibayangkan, bagaimana pulau yang sudah indah ini terbebas dari polusi, bukan hanya pemandangannya yang menakjubkan tapi udaranya pun bersih!

Setelah kurang lebih dari 15 menit menyeberang dengan kapal laut, kami pun tiba di Pulau Brehat. Kami sengaja berangkat pagi hari untuk menghabiskan waktu seharian di sana. Pulau yang terdiri dari dua pulau ini, dikelilingi oleh 96 pulau kecil, kalau menurut saya tepatnya karang-karang raksasa. Pulau Brehat memiliki luas 318 hektar dengan suhu udara yang lembut, tak terlalu dingin juga tak terlalu panas. Bagi kami suhu ideal untuk berjalan kaki.

Berhubung di pulau ini, kendaraan bermotor dilarang maka, beberapa kios banyak menawarkan kepada wisatawan penyewaan sepeda hingga gerobak kecil pengangkut barang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com