Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawasan Wisata Senggigi Perlu Ditata

Kompas.com - 15/11/2010, 17:54 WIB

MATARAM, KOMPAS.com — Pembangunan kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, terkesan tidak terarah atau asal bangun sehingga dikhawatirkan akan muncul masalah di kemudian hari. Hal ini diungkapkan Kepala Badan Penanaman Modal Nusa Tenggara Barat (BPM NTB) Yaqoub Abidin kepada wartawan di Mataram, Senin (15/11/2010).

"Banyak yang mengeluhkan hal itu kepada kami, bule-bule pun berkomentar negatif terhadap tata ruang di kawasan Senggigi sehingga perlu dilakukan penataan yang mengacu kepada rencana induk pengembangan kawasan wisata," kata Abidin.

Menurut Abidin, perlu adanya tindak lanjut dari pihak-pihak terkait terhadap berbagai keluhan terkait tata ruang wilayah kawasan wisata Senggigi yang diterima. Abidin juga menyarankan agar setiap bangunan yang hendak dibangun di kawasan Senggigi harus mengikuti rencana induk atau master plan sebuah kawasan wisata yang mengakomodasi berbagai kepentingan jangan panjang.

"Saya dengar belum ada master plan penataan kawasan wisata Senggigi sehingga bangunan permanen tumbuh subur di kawasan itu tanpa arah pengembangan yang jelas. Lihat saja bangunan di tebing-tebing yang merusak keindahan alam dan rentan memicu bencana banjir di kemudian hari," ujarnya.

Mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB itu juga menyoroti kecenderungan pelaku usaha di kawasan wisata Senggigi yang menjadikan daerah wisata itu sebagai kawasan "Senggigi Square" atau obyek wisata kotak seperti sebutan untuk "Kuta Square" di Bali.

Sebutan Senggigi Square itu sangat tidak tepat dengan situasi nyata di lapangan. Sebab, kawasan wisata Senggigi hanya memiliki satu jalur kendaraan, tidak seperti di Kuta Square Bali, yang memiliki banyak infrastruktur jalan.

"Sepertinya ada upaya untuk mengembangkan kawasan wisata Senggigi menyerupai Kuta Bali, namun justru menggambarkan ketidakjelasan arah pembangunannya. Investor dengan mudah membangun di tebing-tebing yang justru menghilangkan nuansa alam yang indah itu," katanya.

Abidin mengaku akan mengoordinasikan ketidakjelasan arah pengembangan kawasan wisata Senggigi itu dengan pihak-pihak terkait, terutama dinas teknis di Pemerintah Kabupaten Lombok Barat.

Kawasan wisata Senggigi mulai diperkenalkan keandalan pariwisatanya sejak tahun 1980 dan menjadi ikon pariwisata di NTB. Secara administrasi, kawasan wisata Senggigi berada dalam wilayah Kabupaten Lombok Barat. Letaknya sekitar 10 kilometer sebelah utara Kota Mataram.

Senggigi dengan pesona alam dan panorama pantai merupakan kawasan wisata yang telah didukung oleh infrastuktur yang cukup memadai. Di lokasi itu bertebaran hotel berbintang yang sering dijadikan wadah pertemuan nasional dan internasional. Saat ini, puluhan hotel berkelas mulai dari bintang tiga hingga lima memadati kawasan itu dari bagian selatan hingga utara.

Banyak wisatawan baik mancanegara maupun nusantara lebih memilih menghabiskan waktu sore hari dengan duduk di pantai berpasir putih sambil menikmati indahnya mentari tenggelam (sunset). Pengunjung Pantai Senggigi masih bisa melihat nelayan dengan kapal cadiknya yang hendak melaut mencari ikan setiap hari. Selain menjadi pusat home stay wisatawan mancanegara dan nusantara, Pantai Senggigi juga masih asli dan dapat dijadikan tempat rekreasi yang menyenangkan.

Tidak jauh dari pantai, terdapat Pasar Seni Senggigi yang menjadi pusat perbelanjaan berbagai cendera mata. Pasar Seni Senggigi memiliki 12 unit kios (satu kios dihuni 4-6 pedagang) yang diresmikan penggunaannya pada 11 Desember 1991 oleh Menteri Pariwisata dan Telekomunikasi (Menparpostel) yang saat itu dijabat Soesilo Sudarman. Pasar Seni Senggigi itu menjajakan aneka jenis kerajinan, seperti mutiara, gelang, periuk, dan anyaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com