Hutan Mangrove di Pesisir Mentawai

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah akan membuka hutan mangrove jenis avicena di sepanjang pesisir pantai di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Tanggul penahan laju tsunami juga bakal dibangun di bagian barat gugusan pulaunya.

Hal itu disampaikan Menteri Lingkungan Hidup, Gusti Muhammad Hatta, dalam Dialog Pers di Kantor KLH, Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur, Jumat (19/11/2010).

Soal relokasi permukiman warga pascabencana tsunami di Mentawai, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengusulkan tiga lokasi, yakni: Desa Pasapuat, Dusun Muara Taekako KM 4 (Kecamatan Pagai Utara) dan KM 37 Pulau Pagai Selatan.

Ada empat faktor KLH memilih tiga tempat tersebut. Pertama, terdapat sumber air yang sangat mendukung upaya pengelolaan kecukupan air yang tersedia untuk keperluan rumah tangga.

Kedua, lokasi relatif dekat dengan aktivitas ekonomi sehari-hari. Ketiga, lahan tersebut tadinya adalah milik warga yang kemudian disepakati untuk jadi lahan relokasi sehingga dipastikan tidak bermasalah untuk masa mendatang.

Terakhir, diperkirakan aman dan dari ancaman gelombang bencana tsunami. "Di tiga tempat itu, tingkat elevasinya cukup tinggi dan jauh dari garis pantai," kata Gusti.

Kualitas air di sekitar area yang akan jadi tempat relokasi permukiman warga pasca-bencana di Wasior dan Mentawai akan diteliti oleh KLH. Hal ini penting karena air sebagai salah satu unsur pendukung dalam penentuan hunian baru bagi warga.

Di Mentawai, wilayah yang akan dipantau kualitas air, baik air tanah maupun air permukaan, antara lain di Dusun Muara Taekako (KM 1), Dusun Sikakap, KM 37 Desa Pororougat dan KM 37 Pulau Pagai Selatan.