Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesona Kebun Anggur di Kaki Andes

Kompas.com - 26/01/2011, 08:41 WIB

BUTUH waktu terbang sekitar 2,5 jam ke arah barat dari Buenos Aires, Argentina untuk mencapai Mendoza. Dari jendela pesawat terlihat dataran luas tempat kota itu berada di ketinggian 746 meter, dipagari oleh gunung-gunung tinggi yang puncaknya memutih diselimuti salju.

Sejauh mata memandang, yang tampak hanyalah kehijauan tanaman yang belakangan saya ketahui sebagai kebun anggur. Lainnya, adalah tanah gersang dan gunung batu dan lahan berpasir kecoklatan.

Dari ketinggian, kebun anggur memang tampak seperti mengepung kota berpenduduk 894.000 jiwa itu. Industri pembuatan minuman anggur (wine) menjadi urat nadi perekonomian kota dengan total produksi per tahun mencapai 19 juta kuintal minuman wine. Tak heran blla kebun anggur di kaki Pegunungan Andes itu dikenal sebagai salah satu dari sembilan kota di dunia yang dijuluki The Great Capitals of Wine.

Di toko-toko di pusat kota, kafe, bahkan warung kaki lima (walaupun kaki lima karena adanya di trotoar pinggir jalan, warung itu tetap bersih dan tidak kumuh), wine adalah minuman yang paling mudah ditemui. Anggur tidak hanya dikemas di botol-botol ramping yang biasa dijadikan teman makan di restoran mahal, tapi juga cukup dengan kotak karton seperti kemasan jus buah.

Di Mendoza, cukup dengan duit lima-enam peso (setara Rp 12.000), Anda sudah bisa menikmati wine sampai mabuk sekalipun. Mau wine yang mahal sekalipun, gampang mencarinya dimana-mana di kota ini.

Tak kalah kualitas

Mourad Chouchic, penggemar berat wine asal Perancis berpendapat, wine Malbec, Cabernet Savignon, Tempranillo, Chardonnay, Torrontes atau Bonarda produksi Mendoza tidak kalah dengan yang diproduksi di California, AS. Dibandingkan dengan wine sejenis produksi Perancis juga rasanya beda tipis.

"Coba saja Anda belajar rasakan anggur ini, semakin baik aromanya tidak akan cepat hilang, sekalipun anggurnya sudah kita telan. Anggur yang baik aromanya bisa tetap tinggal di lidah dan menyentuh panca indra selama lebih dari sepuluh detik setelah anggur kita telan," ujar Chouchic yang sehari-hari berprofesi sebagai dokter.

Dalam satu kesempatan makan malam bersama itu ia mengajak kami mencicip anggur San Juan dan Cabernet Sauvignon. Sambil mengangguk-angguk meneguk anggur yang terus disodorkan saya mengiyakan saja semua perkataannya.

Buat saya, semua anggur itu di lidah rasanya tetap sama saja; masam, agak getir, dan sedikit manis. Terasa nyaman di badan ditengah udara malam yang sejuk, meski setelah itu badan terasa ringan saat berjalan pulang ke hotel.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com