Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkenalan dengan Awak Kapal Selam

Kompas.com - 24/03/2011, 08:50 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Monumen Kapal Selam atau akrab disebut Monkasel merupakan salah satu obyek wisata yang sering dikunjungi oleh anak-anak di Surabaya, Jawa Timur, baik itu anak-anak dari rombongan sekolah maupun keluarga. Bagaimana tidak, anak-anak bisa masuk ke dalam kapal selam dan merasakan sendiri bagaimana berada di perut kapal selam. Kunjungan semakin menarik karena biasanya yang memandu anak-anak adalah bukan sembarang pemandu. Pemandu itu bernama Dijono, mantan awak kapal selam. Jadi, anak-anak pun bisa mendengar cerita langsung dari saksi hidup petualangan Dijono menjadi awak kapal selam.

Kapal selam tampak gagah tampil di kawasan ini adalah KRI Pasopati dengan nomor lambung 410. Ia telah pensiun sejak 25 Januari 1990. KRI Pasopati berjenis SS type Whiskey Class buatan Rusia di tahun 1952. Si kapal selam ini bergabung dengan TNI AL pada 29 Januari 1962. Ia telah mengarungi lautan puluhan tahun dan menciptakan aneka kisah heroik.

Perannya tak tanggung-tanggung, karena KRI Pasopati bertugas untuk menghancurkan garis lintas musuh dan pengintaian. Salah satunya aktif terlibat langsung di garis depan pada saat Operasi Trikora saat merebut Irian Barat. Para awak menggunakan KRI Pasopati untuk memberikan tekanan-tekanan psikologis terhadap lawan.

Dijono sudah menjadi awak KRI Pasopati 410 selama 11 tahun mulai dari tahun 1967. Ia sempat mengarungi lautan bersama KRI Pasopati 410 pada saat Perang Timor Timur di tahun 1975. Sekali menjelajahi lautan, Dijono dan para awak lainnya harus berada di dalam perut kapal selam selama tiga hari tiga malam.

"Selama tiga hari tiga malam tidak bisa mandi atau cuci. Kita bawa 11 ton air bersih untuk makan. Tapi sekali melaut, bisa selama 2 sampai 3 bulan, baru kemudian pulang," katanya.

Saat perang di Timor Timur, tugas KRI Pasopati adalah melakukan pengintaian dan penyusupan. Apakah tugas Dijono? Ternyata ia seorang juru telegrafis yang jago dengan sandi morse.

Saat pensiun, KRI Pasopati dipotong menjadi 16 blok. Potongan-potongan ini kemudian dibawa ke lokasi monumen sekarang dan dirakit kembali. Monkasel pun terbuka untuk umum pada 15 Juli 1998. Di dalam Kapal Selam KRI Pasopati 410, anak-anak bisa melihat tujuh ruangan. Ruangan pertama adalah ruang torpedo haluan dan juga tempat istirahat awak.

Sementara di ruang kedua adalah ruang makan dan tempat kerja perwira. Ruang Pusat Informasi Tempur atau di ruang ketiga adalah tempat pengoperasian kapal dan pusat kegiatan tempur. Ruangan ini menjadi salah satu favorit anak-anak, karena mereka bisa melihat periskop kapal selam. Periskop yang berfungsi untuk melihat keadaan di luar kapal selam.

Siapa sangka ruangan keempat yang sangat sempit ternyata adalah dapur. Sementara di ruangan kelima dan keenam adalah tempat motor pengendalian. Ruangan ini merupakan ruang diesel pendorong dan ruang listrik. Sedangkan di ruangan ketujuh adalah ruangan torpedo buritan. Anak-anak umumnya sangat tertarik dengan torpedo tersebut. Ada dua peluncur torpedo yang berfungsi sebagai penyerang dan penghindar. Dengan panjang 76,6 meter dan lebar hanya 6,30 meter, kapal selam ini memuat 63 awak termasuk komandan.

Tak sekedar melihat kapal selam, anak-anak pun belajar sejarah mengenai KRI Pasopati 410 melalui film. Suasana asri penuh pepohonan dan berada di tepi sungai, membuat anak-anak gemar berlarian di kawasan ini. Di dekat sungai Kalimas dan masih di area Monkasel, terdapat tempat duduk-duduk santai untuk keluarga. Tak lupa pula hiburan wisata air di Kalimas yang bisa menambah keriaan keluarga. Tertarik untuk membawa anak Anda menjelajahi kapal selam nan heroik ini? Datang saja ke Monumen Kapal Selam di Bantaran Kalimas, Jl Pemuda 39, Surabaya.

Buka setiap hari Senin-Minggu dengan harga tiket yang sangat murah, hanya Rp 5.000. Namun ilmu yang didapat si kecil begitu berharga. Buktinya, salah satu pengunjung bernama Edward (6) kepada Kompas.com mengaku sangat senang berkunjung ke Monkasel. "Aku mau kalau diajak ke sini lagi," katanya sambil asyik melihat kapal selam KRI Pasopati nan megah di depan matanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com