Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Souvenir dan Makanan di Firenze

Kompas.com - 21/04/2011, 09:40 WIB

KOMPAS.com - Hari terakhir di Firenze! Saatnya wisata bebas. Bagai kami wisata bebas yaitu, cari souvenir, cicipi berbagai makanan khas yang belum sempat mampir ke lidah dan belanja berbagai pasta serta kopi italia yang super enak!

Banyak yang bisa dibawa sebagai souvenir dari Firenze. Dari mulai kerajinan tangan, topeng khas italia hingga pernak pernik kecil seperti piring, bola salju, magnet sampai pinokio dalam berbagai bentuk. Dari mulai pulpen, gantungan kunci hingga untuk dekorasi rumah.

Untuk bisa mendapatkan souvenir hingga produk khas Italia kami memilih tujuan ke pasar, yaitu pasar San Lorenzo. Pasar San Lorenzo adalah sebuah pasar dalam bangunan tua tapi dalamnya sangat moderen. Namun menuju ke pasar ini, sebelumnya kita melewati penjual kaki lima istilah indonesianya. Di sinilah bagi mereka yang senang dengan produk dari kulit, bisa tawar menawar hingga mendapatkan harga miring.

Italia memang terkenal dengan produk dari kulit, menurut penduduk Italia, produk kulit buatan mereka kualitas nomor satu di dunia. Tapi yang menarik perhatian saya justru, para kaki lima ini menjajakan barang bermerk terkenal tapi palsu. Karena dari mulai tas, baju, sepatu hingga asesoris lainnya bisa kita dapatkan. Eh, ternyata turis Jepang pun yang katanya berdompet tebal, ikutan sibuk pilih barang aspal (asli tapi palsu)... he-he-he...

Tapi yang jadi tujuan kami saat itu adalah berburu produk khas Italia bukan aspal. Dan menurut kabar di pasar ini menjual berbagai produk khas Italia, seperti pasta, bermacam-macam saus dan bumbu, manis-manisan, sampai berbagai khas minuman seperti anggur. Memang benar, saat masuk yang menjadi kesan pertama di penglihatan adalah warna-warni yang keluar dari setiap kios. Pasta saja, rame benar, bagaikan hiasan jadinya. Saking berwarna-warni dan bentuknya aneh-aneh, saya sampai bingung memilih! Kalau sudah begitu saya tak terlalu peduli dengan rasanya. Yang penting, lucu!

Hanya memang harga yang ditawarkan, kok ya rada-rada mencekik leher? Tapi kalau mikir terus soal harga kapan jadinya berbelanja. Jadilah empat bungkus pasta saya pilih. Ada yang berbentuk spagheti sangat panjang hingga ukurannya hampir sebadan anak bungsu saya. Ada juga yang seperti kupu-kupu dengan warna bendera Italia tapi ada juga dengan rasa jamur truffe (jamur sangat terkenal karena mahal dan sulit dicari).

Selama di pasar, saya tengok sekeliling saya, lah kok isinya kebanyakan turis? Jadi mulai mikir, jangan-jangan memang pasar tradisional di Firenze ini, memang diperuntukan untuk wisatawan. Kami pun melanjutkan berkeliling pasar, siapa tahu menemukan kembali produk Italia yang menarik perhatian. Antrean panjang terlihat dari kejuhan, saat kami mendekat ternyata, sebuah kios menjual makanan khas daerah sini. Dan memang kebanyakan turis yang ngantre,  karena suara yang keluar dari antrean bahasanya benar-benar dari berbagai penjuru dunia!

Kalau, yang ngantre aja sampai sebegitu panjang, berarti makanannya juga sangat lezat. Cepat-cepat kami cari di buku petunjuk kami, mungkin tercantum nama kios itu. Tak ada memang, hanya dalam buku guide kami disarankan mencicipi makanan khas daerah di pasar San Lorenzo ini. Sayangnya kami tak bisa mencicipi karena suatu alasan. Hanya bagi pembaca yang dapat mencicipi makanan khas Firenze yang diolah dari babat jeroan babi ini, kabarnya sangat enak. Di masak dimakan dengan roti, seperti sebuah sandwich.

Seorang turis Perancis, yang nguping pembicaraan kami mendekat. Dia habis makan, makanan khas  daerah tadi. Hasil obrolan adalah kalau mau beli pasta sebaiknya jangan di pasar ini, karena di sini tempatnya turis dan harga yang ditawarkan pastinya harga turis alias lebih mahal. Saran dia, beli saja produk khas Italia di toko-toko kecil.

Di Firenze banyak sekali terdapat toko kecil yang menjual berbagai makanan dan minuman. Produknya sama dengan produk di pasar ini tapi harganya lebih murah. Saya tanya, Anda yakin? Soalnya memang sepanjang jalan di kota Firenze kami sering melewati toko-toko seperti itu, hanya tak pernah mengintip harga. Sampai mengangguk keras, si orang itu menyakinkan kami, "Ben oui..je suis sûr..crois moi, j'habite à Florence depuis cinq ans!" (iya bener.., saya yakin.., percaya deh sama saya, saya sudah tinggal di Florence selama lima tahun).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com