Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Religi Peninggalan Portugis

Kompas.com - 23/04/2011, 20:00 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

LARANTUKA, KOMPAS.com — Sebuah kecamatan kecil di Flores Timur, NTT, bernama Larantuka ternyata menyimpan potensi wisata religi. Di tempat ini setiap tahunnya diselenggarakan tradisi Semana Santa dalam rangka perayaan Paskah. Semana Santa merupakan ritual peninggalan Portugis yang memadukan agama Katolik dan adat Larantuka.

Penduduk Larantuka dari generasi ke generasi telah melaksanakan Semana Santa selama 500 tahun. Selama perayaan Semana Santa, Larantuka yang sepi mendadak ramai. Bahkan, hotel-hotel penuh. Tiket pesawat, rental mobil, dan feri pun penuh. Ini ibarat semua orang pulang kampung untuk Lebaran. Belum lagi, para peziarah dari seluruh Indonesia dan mancanegara juga datang untuk mengikuti prosesi Semana Santa.

Para peziarah ini berwisata religi selama sepekan. Salah satu wisatawan tersebut adalah Beni asal Bogor dan Jakarta, yang bekerja di Manggarai, NTT. "Kami ke sini lewat darat. Semana Santa memang sudah terkenal di kalangan umat Katolik di Indonesia. Kami pikir mumpung sedang di NTT, kami sempatkan ke sini," tutur Beni, Jumat (22/4/2011). Ia pun datang bersama beberapa teman.

Sejumlah bus pariwisata pun tampak di titik-titik penginapan di Larantuka. Demikian juga beberapa wisatawan dari Jawa yang menggunakan seragam, mereka mengikuti semua prosesi Semana Santa. Namun sayang, selepas Semana Santa, Larantuka kembali sepi. Karena itu, pariwisata di Larantuka hanya hidup selama prosesi Semana Santa.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Larantuka memiliki banyak situs religius bernapaskan Katolik yang bisa dikembangkan untuk wisata religi. Belum lagi pemandangan daerah ini indah, paduan antara laut dan gunung. Kendala utama untuk pariwisata adalah penginapan yang tidak memadai. Kurangnya penginapan semakin terasa saat perayaan Semana Santa.

"Katanya kalau mau dapat hotel yang paling bagus harus booking satu tahun sebelumnya," tutur Beni.

Presidenti Confreria Renha Rosari Larantuka atau biasa dikenal sebagai Raja Larantuka, Don Andre Martinus DVG, mengatakan setiap tahun pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk menyediakan kamar bagi para peziarah. "Kurangnya penginapan di Larantuka. Karena itu, beberapa masyarakat diminta kesediaannya menerima tamu. Ini juga bisa menambah perekonomian mereka," katanya kepada Kompas.com.

Ia mengatakan, Semana Santa merupakan salah satu aset budaya Flores Timur dan bisa membantu perekonomian penduduk setempat dengan adanya kedatangan wisatawan saat Semana Santa berlangsung. "Kami sedang kerja sama dengan pemerintah untuk mengembangkan Semana Santa sebagai pariwisata. Bukan sekadar sebagai ajang bisnis, melainkan sebagai aset budaya yang khas. Kami malah ingin majukan Larantuka jadi destinasi pariwisata untuk membantu masyarakat kecil. Kita sedang bahas supaya tidak keluar dari tradisi juga," ucapnya.

Sebelumnya, Project Manager Swiss Contact Ruedi Nuetzi mengatakan, setiap daerah di Flores memiliki kekhususan sendiri-sendiri dalam hal pariwisata. Swiss Contact merupakan LSM yang ditunjuk Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI di Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata sebagai fasilitator untuk mendukung Destination Management Organization atau tata kelola destinasi pariwisata di Flores, NTT.

"Di Flores, budayanya berbeda-beda. Potensi wisatanya juga beda. Bisa jadi satu daerah kental dengan aspek petualangan atau alam," katanya. Adapun Larantuka, lanjutnya, memiliki potensi wisata dengan kehidupan masyarakat yang agraris dan adatnya yang kental.

"Namun, selama ini daya tarik utama memang baru perayaan Paskah itu. Acara ini sifatnya musiman, hanya ada setahun sekali. Jadi, wisatawan yang datang juga musiman. Karena itu, kami sedang mencari, kira-kira apa lagi yang bisa menjadi daya tarik," urainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com