Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nagasaki yang Memupus Luka...

Kompas.com - 04/05/2011, 15:07 WIB

Oleh: Dahono Fitrianto

”Mereka dulu mati dalam panas. Itu sebabnya ada banyak air di sini, agar mereka menemukan kesejukan dan kedamaian...,” tutur Kazumi Kai setengah berbisik saat kami memasuki Nagasaki National Peace Memorial Hall for the Atomic Bomb Victims, Kamis (17/3/2011).

Air dan cahaya menjadi dua unsur utama di bangunan, yang dibuat khusus untuk mengenang lebih dari 100.000 korban tewas akibat ledakan bom atom di Nagasaki, Jepang, 65 tahun silam, itu. Suasana hening dan syahdu langsung menyergap saat orang memasuki pintu masuk yang berbentuk lorong dengan dinding marmer coklat, diterangi cahaya temaram.

Sebelum memasuki lorong itu, terdapat semacam meja besar terbuat dari marmer hitam, yang dialiri air di atasnya. Permukaan air yang tenang dan mengalir bening seperti mengajak orang mempersiapkan batin sebelum memasuki ruangan suci.

Pusat bangunan, yang dirancang arsitek Akira Kuryu, itu adalah The Remembrance Hall, sebuah atrium luas dihiasi dua baris pilar kaca berbentuk persegi yang berdiri tegak hingga menembus atap. Di antara 12 pilar yang memancarkan cahaya lembut berwarna putih kehijauan itu, terdapat selasar yang berujung pada sebuah altar berbentuk lemari kaca tinggi.

”Di dalam lemari itu, terdapat daftar nama-nama korban bom atom yang sudah teridentifikasi. Jumlahnya sekarang sudah lebih dari 125.000 nama,” ungkap Kai. Lemari kaca itu pun menjadi semacam kuburan massal simbolis, tempat semua arwah korban dikumpulkan untuk mendapatkan penghormatan yang layak.

Di ruangan itu, para pengunjung dari seluruh dunia berkesempatan berhenti sejenak, diam dalam hening untuk mengenang salah satu tragedi terbesar kemanusiaan. Saat puluhan ribu nyawa tik berdosa, dari bayi hingga orang-orang jompo, menjadi korban senjata mahadahsyat yang melambangkan puncak angkara murka manusia.

Sasaran cadangan

Pukul 11.02 tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua meledak 500 meter di atas kota Nagasaki, setelah tiga hari sebelumnya bom pertama meluluhlantakkan Hiroshima. Menurut Yoshitoshi Fukahori (82), salah satu hibakusha—korban selamat dari ledakan bom atom—bom tersebut melenceng sekitar 3 kilometer dari sasaran sesungguhnya.

”Mereka sebenarnya mengincar pusat pemerintahan Prefektur Nagasaki dan kawasan pusat industri dan galangan kapal di sekitar pelabuhan,” tutur Fukahori, yang membentuk sebuah komite untuk mengumpulkan foto dokumentasi seputar bencana bom atom di Nagasaki sejak 1979.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com