Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk Berkebun Sambil Berwisata...

Kompas.com - 12/05/2011, 08:37 WIB

KOMPAS.com — Siapa bilang pemilik rumah dengan lahan terbatas tidak bisa berkebun sayuran? Anda hanya memerlukan pipa paralon atau bahkan ember bekas. Jika Anda tak percaya, datang saja ke Taman Wisata Mekarsari (TWM) di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Setiap hari Minggu di bulan Mei akan berlangsung demo pembuatan "salampot" dan vertikultur sayuran organik. Demo ini bisa diikuti oleh setiap wisatawan yang berkunjung ke TWM.

"Apakah sayuran yang dibeli di pasar memang sehat? Padahal sebenarnya ada bahan kimianya seperti pestisida. Kalau punya tanaman sayuran sendiri, bisa lebih sehat," tutur Guntoro dari TWM saat demo berlangsung pada Minggu (8/5/2011). Ia menjelaskan bahwa teknik penanaman dengan sistem vertikultur atau menanam secara vertikal bisa menjadi solusi untuk orang yang ingin berkebun tapi memiliki keterbatasan lahan. Selain vertikultur, solusi lainnya adalah salampot atau sayuran dalam pot.

Sebelum menjelaskan lebih lanjut mengenai salampot dan vertikultur, ia mempraktikkan cara penyemaian bibit sayuran sawi. Media yang dipakai adalah percampuran tanah, pupuk, dan sekam. Perbandingan tanah, pupuk, dan sekam adalah 1:2:3. "Kita pakai media yang gembur supaya akar jadi berkembang. Pertama lakukan dulu persemaian," jelas Guntoro.

Wadah persegi panjang dari plastik dilubangi. Lalu atasnya diberi kompos dan dibuat ceruk dengan lebar antarceruk sekitar satu sentimeter. Bibit kemudian ditaburkan di ceruk dan ditutup dengan kompos. Tahap selanjutnya adalah menyiram bibit. "Kalau sudah berusia 10 hari, baru dipindahkan ke pot atau ke pipa paralon," katanya.

Pipa paralon atau bambu dipotong setinggi satu meter. Agar berdiri secara vertikal, di bawahnya bisa diberi pemberat. Kemudian, di setiap sisi diberi lubang untuk menanam sayuran. Bisa juga Anda membuat pipa secara horizontal lalu dilubangi di sepanjang satu sisi untuk tempat menanam sayuran yang telai disemai. Jangan lupa untuk melubangi dasarnya. Sawi, kangkung, dan bayam sudah bisa dipanen dalam 40 hari.

"Kangkung panennya jangan dicabut, dipotong saja. Kalau sawi dan bayam bisa dicabut," jelas Guntoro.

Untuk tanaman sayuran hijau, Guntoro menjelaskan tak perlu penambahan pupuk. Sementara itu, untuk sayuran berbuah seperti terung atau cabai, bisa diberikan tambahan pupuk kandang di media secara berkala.

Jika Anda tertarik untuk pelatihan sayuran organik tersebut, Anda bisa mampir di Garden Center setiap hari Minggu pada pukul 11.00 atau 14.00. Anda pun bisa membeli bibit, media, sampai kompos di Garden Center. Jadi Anda bisa langsung mempraktikkannya di rumah.

Beberapa peserta yang ikut dalam demo awalnya adalah pengunjung yang memang hendak membeli tanaman di Garden Center. Selesai mengikuti demo, Anda bisa berwisata sambil menanam di paket wisata Mekarsari Smart Cultivation Tour. Tak mau repot? Mampir saja ke Family Garden Mekarsari untuk memetik sendiri sayuran organik yang tengah panen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Travel Update
8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

Travel Tips
Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Travel Update
Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com