Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sejarah Kedokteran Indonesia

Kompas.com - 23/05/2011, 08:47 WIB

KOMPAS.com - Kerangka tubuh manusia utuh dari kepala hingga kaki terpajang di lemari kaca. Ini bukan tulang-tulang koleksi pembunuh berdarah dingin yang sakit jiwa ataupun syuting film horor. Rangkaian tulang ini pun bukan dari plastik ataupun dari kayu, melainkan tulang asli. Anda bisa melihatnya langsung di salah satu ruang pamer di Museum Kebangkitan Nasional. Museum ini terletak di Jl Abdul Rachman Saleh 26, Senen, Jakarta Pusat.

Dulu, kerangka tubuh manusia tersebut digunakan sebagai alat peraga untuk proses belajar para pelajar STOVIA. Museum Kebangkitan Nasional memang awalnya adalah gedung STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Arsten) atau sekolah kedokteran untuk orang-orang bumiputera yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Karena itu, beberapa koleksi di museum tersebut adalah benda-benda peninggalan ilmu kedokteran pada masa kejayaan STOVIA.

Gedung ini dibangun tahun 1899 dan baru rampung pada tahun 1901. Namun, gedung ini baru resmi dipakai sebagai STOVIA di tahun 1902. Walaupun sejak mula didirikan, gedung ini memang dimaksudkan untuk sekolah kedokteran. Namun, sebelumnya adalah sekolah kedokteran khusus untuk orang Jawa. Sedangkan STOVIA sekolah kedokteran untuk bumi putera dari berbagai daerah, tidak hanya orang Jawa. Sejarah pembangunan STOVIA tidak bisa lepas dari wabah penyakit menular yang terjadi di Banyumas dan Purwokerto pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

"Saat wabah terjadi, pengobatan tradisional saat itu tidak mampu mengatasinya. Secara medis, dokter Belanda terbatas. Karena itu muncul gagasan untuk membuat sekolah kedokteran. Semula kursus kedokteran dan berkembang menjadi sekolah kedokteran Jawa. Lama-lama terbuka untuk seluruh bumiputera yaitu STOVIA," ungkap Kepala Museum Kebangkitan Nasional, Edy Suwardi. Edy menceritakan saat itu, pemerintah kolonial mempertimbangkan tiga lokasi untuk mendirikan sekolah kedokteran.

"Ada alternatif yaitu Semarang, Surabaya, dan Batavia. Tapi pilihan jatuh ke Batavia. Rumah sakit militer sekarang RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat), tadinya dekat situ letak sekolah dokter Jawa," katanya.

Gedung Ex-STOVIA tersebut adalah tempat lahirnya organisasi pergerakan nasional pertama yaitu Budi Utomo. Budi Utomo berdiri pada 20 Mei 1908 di bawah pimpinan R. Soetomo.

Berdirinya Budi Utomo berdiri menjadi awal kemunculan organisasi-organisasi lain seperti Serekat Dagang Islam, Indische Vereenignig, Indische Partij, dan Muhammadiyah. Budi Utomo dipandang sebagai tonggak timbulnya kebangkitan nasional yang pertama di Indonesia. Kebangkitan yang diawali oleh pemuda-pemuda yang dipertemukan oleh nasib yang sama, belajar ilmu kedokteran.

Masih dalam suasana perayaan hari Kebangkitan Nasional, Anda dapat berkunjung ke Museum Kebangkitan Nasional untuk melihat pameran temporer. Pameran temporer yang berlangsung pada 20-26 Mei 2011 tersebut mengangkat tema mengenai organisasi Syarikat Islam.

Jangan lupa mampir ke ruangan kelas tempat para pelajar berdiskusi dan belajar. Ruangan ini termasuk favorit para pengunjung karena adanya kerangka asli tubuh manusia. Ruangan menarik lainnya adalah ruangan Kartini. Kartini dipandang sebagai salah satu kebangkitan nasional karena perannya dalam memperjuangkan emasipasi wanita.

Beberapa koleksi menarik yang dimiliki museum tersebut adalah peralatan kedokteran yang dipakai pada masa kolonial Belanda. Salah satunya adalah alat bantu pernapasan. Ada pula beberapa foto menampilkan STOVIA pada masa kejayaannya. Foto lain memperlihatkan ritual berdoa sebelum memulai operasi kepala kambing untuk proses pembelajaran. Jika Anda mahasiswa kedokteran atau memang seorang dokter, museum ini cocok menjadi sarana penambah ilmu Anda. Ajak juga si kecil yang bercita-cita jadi dokter untuk semakin mengenal sejarah kedokteran di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com