Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asia Tengah dan Balkan Pasar Potensial

Kompas.com - 29/05/2011, 07:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Negara-negara Asia Tengah dan negara-negara Eropa di kawasan Semenanjung Balkan, merupakan pasar baru bagi pariwisata Indonesia. Bahkan, pasar di negara-negara ini bermain di segmen wisata yang mewah (luxury).

"Asia Tengah ini penduduknya tidak besar tapi potensial untuk segmen luxury. Kawasannya juga landlock, tidak punya laut lepas. Mereka punyanya laut yang seperti danau. Mereka senang sekali kalau ketemu laut yang sebenarnya," tutur Direktur Promosi Luar Negeri Kembudpar, Noviendi Makalam kepada Kompas.com di Jakarta, Kamis (26/5/2011).

Negara-negara di Asia Tengah tersebut misalnya Azerbaijan, Kazakhstan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Ia menambahkan bahwa kunjungan wisatawan asal Asia Tengah ke kawasan Asia Tenggara sebenarnya masih kecil, yaitu sekitar 10.000 orang. Sementara itu, kunjungan mereka ke Indonesia masih kurang dari 1.000 orang.

Senada dengan Asia Tengah, negara-negara di kawasan Semenanjung Balkan Eropa merupakan pasar untuk segmen luxury. Menurut Noviendi, setelah perang Balkan terjadi peningkatan ekonomi pada masyarakat di negara-negara Eropa Tenggara, seperti Hungaria, Serbia, Rumania, Bulgaria , dan lainnya. Ia menuturkan pihaknya pernah mengirim staf ke acara promosi pariwisata yang dilaksanakan KBRI Beograd, Serbia.

"Ternyata animo mereka untuk pergi ke Indonesia sangat besar. Karena bagi mereka, Indonesia itu big brother. Dulu pernah bersama-sama tergabung dalam Gerakan Non Blok," ungkapnya.

Noviendi menambahkan, masyarakat di kawasan tersebut merasa takjub dengan Indonesia yang masih bertahan sebagai NKRI yang multi etnis. "Padahal mereka dulu juga kayak kita yang multi etnis, tapi sekarang mereka terpecah-pecah. Indonesia dianggap luar biasa. Citra ini yang kita kaitkan dengan luxury. Kita perkenalkan bahwa kita sudah punya fasilitas luxury, tidak seperti dulu," ungkapnya.

Noviendi mengatakan para wisatawan asal negara-negara kawasan tersebut biasa berpergian dalam kelompok kecil yang berjumlah paling banyak hanya delapan orang. Selain itu, pendekatan mereka bukanlah berpergian secara bedikari namun biasa mengambil paket wisata yang ditawarkan biro perjalanan wisata.

Uniknya, wisatawan asal Eropa Tenggara tersebut tidak selalu mengincari Bali sebagai destinasi wisata. Salah satunya yang sering mereka tanyakan, tutur Noviendi, adalah Bandung. Bandung merupakan kota penyelenggaraan KTT Asia Afrika di tahun 1955, yang dianggap sebagai cikal bakal Gerakan Non Blok.

"Mereka masih mengenang masa-masa kejayaan mereka. Karena itu mereka selalu menganggap Indonesia adalah sahabat. Sejarah masih kuat di hati mereka," ungkapnya.

Tak heran, wisatawan yang berasal dari kawasan ini adalah orang-orang berumur yang sudah mapan. Walaupun usia profesional muda pun tercatat melakukan perjalanan ke Indonesia. "Secara jumlah memang masih kecil, masih sekitar 1000. Tapi kalau kita aktif dan terus buka hubungan industri pariwisata dengan mereka, saya yakin akan makin meningkat," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com