Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggunaan "Inhaler" Berisiko Kematian

Kompas.com - 22/06/2011, 11:34 WIB

KOMPAS.com — Sebagian besar penderita asma pasti sudah tidak asing lagi dengan inhaler atau obat hirup. Inhaler adalah alat kesehatan yang digunakan untuk mengantarkan obat ke dalam tubuh melalui paru-paru.

Namun, penelitian terbaru dari British Medical Journal menunjukan, penggunaan inhaler dengan kandungan tiotropium bromida dapat meningkatkan risiko kematian pada penderita bronkitis atau emfisema. Hasil penelitian juga menunjukkan, sebanyak 52 persen dari mereka yang menggunakan inhaler tiotropium berisiko meninggal dibandingkan mereka yang menggunakan plasebo.

"Apa yang kita pikirkan adalah inhaler memberikan tiotropium dengan konsentrasi lebih tinggi daripada seharusnya. Hal ini dapat meningkatkan risiko kematian," kata dr Sonal Singh dari Johns Hopkins University School of Medicine.

Menurut Singh, di Amerika Serikat dan tempat lain, obat ini tersedia dalam bentuk serbuk dan dijual dengan merek Spiriva. Obat ini biasanya digunakan untuk mengobati penyakit kronis obstruktif paru. Namun, di 55 negara lainnya, obat tiotropium dipasarkan dalam bentuk inhaler.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) belum memberikan persetujuan terhadap peredaran inhaler tiotropium tersebut. Namun, sebagian besar pasien justru telah menggunakannya.

Sigh menambahkan, penggunaan inhaler akan lebih berbahaya bila digunakan oleh orang yang menderita penyakit kardiovaskular. Pasalnya, tiotropium termasuk dalam kelompok obat antikolinergik, yang dapat meningkatkan risiko gangguan irama jantung (aritmia), terutama bagi mereka yang mempunyai riwayat serangan jantung.

"Saya sangat khawatir dengan penggunaan inhaler. Mereka tidak sepenuhnya mendapatkan informasi tentang risiko yang bisa ditimbulkan dari penggunaan benda itu," lanjut Singh.

Berdasarkan studi terbaru yang melibatkan 6.500 orang, hasil penelitian menunjukkan, setidaknya ada satu kematian setiap tahunnya, dari 124 pasien yang telah diobati menggunakan inhaler tiotropium.

Penyakit kronis obstruktif paru sejauh ini menempati peringkat keempat sebagai penyebab kematian di seluruh dunia, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis, yang umumnya disebabkan oleh kebiasaan merokok. Selama ini, penggunaan tiotropium secara rutin diberikan kepada pasien penyakit kronis obstruktif paru dengan gejala seperti sesak napas.

Menurut peneliti, sesak napas yang disebabkan oleh penyakit kronis obstruktif paru dapat diterapi menggunakan bronkodilator. Penggunaan bronkodilator disinyalir dapat mengurangi risiko penyakit paru-paru kronis dan jauh lebih aman.

Lebih lanjut, Singh mengatakan bahwa seharusnya pasien paru kronis melakukan konsultasi dengan dokter mereka, mengenai obat apa yang aman dan sebaiknya digunakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com