Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dali yang Nyeleneh 'Mampir' di Singapura

Kompas.com - 27/06/2011, 08:51 WIB

CUMA Gala yang mengerti Dalí. Tanpa Gala, Dalí ibarat layangan liar di langit. Untung Dalí memiliki Gala. Cuma Gala yang mampu memahami dua sisi kepribadian Dalí yang bahkan tak disadarinya sendiri. Di satu sisi, dia pemalu. Di sisi lain, aneh dan nyeleneh. Nyaris gila, kata orang-orang.

Kalian pernah mengikuti kisah Alice in Wonderland? Salah satu hal menarik dari rangkaian kisah ini adalah jam yang seolah hampir meleleh atau melting clock. Salvador Felip Jacint Dalí Domènech, seniman nyentrik asal Spanyol, kemudian mengilustrasikannya dalam lukisan dan patung. Melting clock hanyalah salah satu bentuk ‘kegilaan’ Dalí.

“Dali punya dua kepribadian, yang satu pemalu, yang satu lagi weird. Oleh karena itu, dia menghasilkan karya-karya yang weird. Gala, istrinyalah yang banyak berperan dalam mengerti persoalan psikologisnya,” ungkap kurator pameran Lisa MacDonald ketika memandu tur singkat di pameran karya Dalí di L 3 Upper Galleries Museum ArtScience di Marina Bay Sands, Singapura.

Hasil karyanya mencerminkan pikiran surealis abad 20 ala Dalí yang kadang membuat kita mengernyit, namun sesegera mungkin akan membuat kita tercengang. Asal tahu saja, surealis sendiri adalah sebuah aliran seni dan sastra yang mementingkan aspek bawah sadar manusia dan non-rasional dalam sebuah citra, seperti karya visual, puisi, dan film.

Maka siapkan diri Anda untuk menyelami pikiran Dalí melalui 250 karya seni yang dipamerkan dalam ‘Dalí, Mind of A Genius: The Exhibition’.  Di atas lahan seluas 1.500 meter persegi ini, berbagai lukisan, patung, mebel berbau surealistik, kolase, emas dan foto-foto Dalí dibagi dalam tiga wilayah menurut tema masing-masing, yaitu Feminity and Sensuality, Religion and Mythology, serta Dreams and Fantasy.

Melting clock diwujudkan Dalí untuk pertama kalinya melalui lukisan berjudul Persistence of Memory yang kemudian menjadi legendaris pada tahun 1931. Lukisan ini konon dipengaruhi oleh pemikiran ilmuwan Albert Einstein tentang konsep relativitas. Di atas bidang datar, Dalí melukiskan tiga buah jam yang nyaris meleleh di atas ranting, balok dan sesuatu yang ganjil berwarna putih. Dalí mewarnai latar belakangnya dengan bukit tandus, dataran sunyi yang gelap serta laut.

Dali berpendapat, waktu tidak kaku dan terbatas. Melalui Persistence of Memory, Dalí mencoba mengingatkan hubungan relativitas waktu dan memori. Kenangan lalu bisa ditarik ulur ke kekinian, namun tak bisa diraih.

Meski hanya salah satu ciri Dalí, melting clock hampir dijumpai dalam banyak lukisan dan patung-patung karyanya di tiga wilayah ini. Begitu memasuki ruang pameran, misalnya, pengunjung akan langsung disambut melting clock berukuran lebih 3 meter yang dinamakan ‘Dance of Time II’. Beratnya lebih dari empat ton. Unsur melting clock juga terdapat dalam patung yang dinamakan ‘Space Venus’.

Patung  ini berbentuk tubuh perempuan yang terpotong di bagian pinggang. Di atas potongan tersebut, Dalí meletakkan ‘telur’ yang melambangkan cikal bakal kehidupan, serta semut yang melambangkan napsu dan keinginan seksual. Sementara di bagian leher yang dipotong, keberadaan melting clock menunjukkan karakteristiknya yang melekat pada seorang perempuan.

Wilayah bertema Feminity and Sensuality yang juga memajang karya-karya semacam Homage to Fashion, Woman of Time, dan Antrophormophic Cabinet memang menunjukkan ketidaknyamanan dan ketakutan Dalí terkait perempuan dan seksualitas pada awalnya karena ketidaksadaran akan keinginan seksual yang sangat menekan. Namun, Gala menolongnya keluar dari tekanan psikologis itu hingga Dalí memandang istrinya itu sebagai representasi perempuan yang ideal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com