Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memburu Motif Batik "Rasa" Semarang

Kompas.com - 10/08/2011, 20:35 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Semarang ternyata memiliki kesejarahan kuat dalam perbatikan. Bukan sekadar karena batik mengalami booming saja. Setidaknya, berdasar penelitian sejarawan Universitas Diponegoro Dewi Juliati, penanda bahwa Semarang memiliki batik bisa dilihat dari adanya kampung kuno, bernama Kampung Batik.

"Hasil penelitian saya menunjukkan, Kampung Batik memang dulu menjadi pusat produksi batik sejak jaman kerajaan. Namun tradisi membatik itu hilang bersama pembumihangusan sentra ekonomi Semarang oleh Jepang," kata Dewi.

Batik Semarang sempat mengalami pasang surut hingga munculnya Sanggar Batik Semarang 16 di tahun 2004. Sanggar ini selain memproduksi batik dengan motif karya sendiri, juga menggelar serangkaian pelatihan di masyarakat maupun sekolah-sekolah.

Menurut Umi S Adisusilo, pendiri sanggar ini, upayanya itu dimaksudkan untuk lebih membumikan tradisi membatik di tingkat warga masyarakat. Dari berbagai pelatihan maupun menyediakan instruktur itulah, pemerintah berhasil menghidupkan kampung Batik.

"Setelah enam tahun, kini kami telah memiliki tempat yang cukup komprehensif. Bukan saja untuk pelatihan dan produksi, namun juga bisa menjadi obyek wisata budaya bagi umum," kata Umi.

Sanggar baru Batik Semarang 16 itu sekarang menempati areal seluas kira-kira 3000 meter persegi. Dalam areal itu, dibangun beberapa unit bangunan, misalnya galeri sebagai ruang pamer, unit mencanting, unit pewarnaan, hingga sebuah joglo yang mengapung di tengah kolam untuk menggelar diskusi atau pertunjukkan seni yang tak butuh tempat luas.

"Konsep saya ke depan, sanggar ini bisa menjadi referensi bagi yang ingin belajar batik. Lebih jauh lagi, saya berharap bisa menjadi museum batik meski skala mikro," tandas Umi.

Tradisi Riset

Apa yang menyebabkan Sanggar Batik Semarang 16 ini bisa lebih maju dibanding perajin lain? Yang pasti, pada era 2000-an memang Sanggar ini satu-satunya yang konsen dan konsisten diproduksi sehingga menjadi pionir perbatikan Semarang mutakhir.

Berikutnya adalah adanya tradisi riset, baik dalam menciptakan motif, mengkomposisikan warna, maupun membuat inovasi rancang busana dan terus mencari ciri Batik bergaya Semarang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com