Bireuen, Kompas
Dalam rangka menelusuri jejak dan menggali peninggalan Tun Seri Lanang, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar seminar ”Ketokohan Tun Seri Lanang dalam Sejarah Dua Bangsa” di Kabupaten Bireuen, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Kamis (8/12).
Kegiatan itu juga bertujuan mengungkap sejarah peradaban Melayu dan mengembangkan situs peninggalannya sebagai kawasan wisata sejarah. Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala I Gde Pitana berharap peran besar Tun Sri dan sejumlah peninggalannya dapat merevitalisasi memori kolektif Malaysia dan Indonesia agar terjalin hubungan yang lebih baik.
Kerja sama kedua negara sudah terwujud dalam proses pembangunan makam Tun Seri di Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, sejak ditemukan tahun 2004.
Sebelum memimpin Negeri Samalanga (Bireuen) tahun 1915-1659, Tun Seri merupakan bendahara atau Perdana Menteri Kerajaan Johor. Setelah Aceh menaklukkan Batu Sawar, ibu kota Kerajaan Johor tahun 1613, Sultan Iskandar Muda memboyong Tun Seri ke daerah itu, kemudian diangkat sebagai penguasa pertama Samalanga.
Menurut Dato’ Sri Wan Abdul Wahid, Pengurus Persatuan Sejarah Malaysia Cabang Pahang, Sulalatus Salatin merupakan karya sastra yang agung. Karya itu juga sekaligus buku sejarah dan panduan istiadat yang penting dalam peradaban, kebudayaan, dan sistem pemerintahan Melayu yang hingga kini masih relevan.