Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

'Sniper', Tembak Ikan Kutuk di Sungai Sayung

Kompas.com - 11/03/2012, 11:34 WIB
Ari Widodo

Penulis

DEMAK, KOMPAS.com - Bagi Anda yang bepergian melalui jalur Pantura Demak, di sepanjang Sungai Sayung hingga Buyaran, akan dijumpai para lelaki yang menunggu mangsa dengan senjata laras panjang. Ada yang bersembunyi di atas pohon, di pinggir sungai, atau nongkrong di atas jembatan. Layaknya seorang penembak jitu atau sniper, mereka siap membidik sasaran.Targetnya bukanlah manusia, melainkan hewan air sejenis ikan gabus yang oleh masyarakat Demak dikenal sebagai ikan kutuk.

Dengan bersenjatakan senapan angin yang telah dimodifikasi sedemikian rupa, mereka siap menjadi pemburu handal. Peluru yang digunakan pun hasil inovasi, yang terbuat dari jeruji sepeda motor, yang diruncingkan pada bagian ujungnya. Lalu, mata peluru itu dikaitkan dengan senar pancing, sehingga dapat melesat seperti anak panah ketika ditembakkan. Jika tembakan mereka meleset dari sasaran, maka "peluru " tersebut tidak akan terbuang sia- sia, sebab dapat digulung dan digunakan lagi dengan cara memompa senapan.

Hari (42), warga Desa Mranak Kecamatan Wonosalam Demak, saat ditemui, Minggu (11/3/2012) mengaku, sudah tiga tahun ini dia berburu ikan kutuk. Menurut bapak dua anak itu, berburu ikan kutuk membutuhkan kesabaran, karena harus menunggu ikan air tawar itu muncul dari permukaan sungai. Paling tidak harus menunggu 10 sampai 30 menit.

Jika beruntung, maka dalam sehari pria penganguran itu bisa mendapatkan ikan kutuk 4 sampai 5 kilogram. Hasil buruan itupun kemudian dijual kepada para pelanggan yang rata-rata pemilik warung makan atau ibu rumah tangga. Satu kilogram harganya Rp 18.000, dan berisi dua ekor untuk ukuran besar, atau 4-5 ekor untuk ukuran sedang. "Awalnya baru saya saja yang menggelutinya, sekarang pemburu kutuk sudah banyak. Sejak tiga tahun ini, keluarga saya hidup dari hasil berburu kutuk," kata Hari.

Pada hari-hari kerja, para pemburu kutuk hanya beberapa orang saja. Namun pada saat musim libur atau hari minggu jumlahnya bisa mencapai puluhan orang, apalagi para pemburu asal Kudus dan Jepara juga ikut berburu kutuk sampai ke Demak.

Senada dengan Hari, Saiful Badowi (22), warga Desa Karangtowo, Kecamatan Karangtengah Demak, berburu kutuk harus sabar dan telaten. Buruh bangunan itu mengaku sudah tiga bulan berburu kutuk untuk sekadar menyalurkan hobi menembak. "Menembak kutuk itu hobi yang membawa hoki. Lumayan hasilnya bisa buat beli rokok," ujarnya.

Ikan kutuk mudah dijumpai pukul enam pagi atau pukul tiga sore. Di jam-jam tersebut ikan kutuk sering muncul di permukaan sungai untuk mencari makan. Hasil buruannya tidak perlu repot-repot dijual ke pasar, sebab biasanya sudah ada yang menunggu untuk membelinya. Apalagi kalau di pasar harga ikan kutuk bisa mencapai Rp 20.000 per kilogramnya.

Ikan kutuk terbilang lezat, karena dagingnya lembut dan gurih. Selain digoreng, ikan kutuk dapat dimasak semur kutuk, menemani nasi dan sambal terasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com