Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebun Ini Subur berkat Kotoran Sapi

Kompas.com - 15/05/2012, 06:23 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Bagaimana caranya menyuburkan lahan tidur bekas tambang timah? Jawabannya ternyata sederhana saja. Cukup gunakan kotoran sapi. Tak percaya? Coba berkunjung ke Bangka Botanical Garden.

Empat tahun lalu, kawasan ini begitu gersang. Tanah begitu merah, terbengkalai menjadi lahan kritis. Dulunya, area ini merupakan kawasan pertambangan timah. Namun, saat Kompas.com mampir ke tempat ini pada Kamis (3/5/2012), kawasan ini begitu lebat ditanami berbagai pohon.

Sebut saja mulai dari pinus sampai buah naga. Walaupun saat mobil melintasi kebun, tanah-tanah merah tampak masih menganga. Uniknya, di tanah merah dan terkesan gersang itu, berbagai tumbuhan dapat tumbuh di atasnya.

Johan Ridwan Hasan yang mulai usaha menyuburkan kawasan ini. Ia mengolah tanah kritis dengan mencampurnya dengan kotoran sapi sampai tanah kembali menjadi subur. Tentu tak hanya kotoran sapi. Menurut Edi Sukaedi, Koordinator Lapangan di Bangka Botanical Garden, ada perhitungan tersendiri dengan mencampur kotoran sapi dan kapur untuk mengolah tanah kembali.

"Awalnya memang peternakan sapi, baru pertanian dan perikanan. Ini murni swasta," ungkap Edi.

Perikanan yang ia maksud adalah kolam-kolam berisikan ikan nila air tawar. Ya, di kebun ini, pengunjung bisa bebas melihat aneka tanaman, kandang sapi, sampai kolam ikan. Edi mengaku, sebanyak 1.500 turis berkunjung ke tempat ini.

"Tapi kebanyakan turis lokal, orang-orang sekitar sini, terutama sekolah-sekolah. Karena di sini ada pelatihan untuk yang berminat," tutur Edi.

Pengunjung yang ingin datang pun tak dikenakan tiket masuk. Biasanya pengunjung akan diarahkan pertama kali ke rumah adat Bangka. Uniknya, beberapa meter menuju rumah adat ini, kendaraan akan melewati jalanan bertanah merah dengan sisi kanan dan kiri ditumbuhi pohon pucuk merah.

Merahnya tanah dan daun pohon yang kemerahan membuat nuansa romantis. Tak heran, beberapa rekan wartawan yang ikut mengunjungi Bangka Botanical Garden pun tak puas-puas berfoto di lokasi tersebut.

"Seperti di film-film Korea saja," tutur Vidi, wartawan asal Jakarta, sambil terus sibuk berfoto.

Setelah itu pengunjung akan diajak masuk ke rumah adat Bangka yang berupa rumah panggung. Di rumah tersebut, pengunjung dapat menikmati susu segar. Susu ini diperah setiap hari dari sapi-sapi yang ada di Bangka Botanical Garden.

Menurut Edi, total ada sekitar 420 sapi dari berbagai jenis sapi impor maupun lokal. Ia menambahkan bahwa dalam sehari, sapi-sapi ini dapat memproduksi 200 sampai 250 liter susu. Kelar menikmati susu, pengunjung akan diajak mellihat-lihat sapi di area kandang sapi.

Nah, saat memasuki area kandang sapi, terdapat jejeran pohon pinus yang cantik. Lagi-lagi suasana romantis ala musim gugur di film-film Korea hadir kembali. Acara foto-foto pun tak terelakkan. Sementara di kandang sapi, pengunjung dapat mengikuti aktivitas memerah sapi. Namun, kenali dulu jamnya.

"Memerah susu itu di jam 7 pagi dan 4 sore," kata Edi.

Di sini, pengunjung juga dapat membeli pupuk dari kotoran sapi. Selain itu, pihak Bangka Botanical Garden juga menerapkan sistem zerowaste. Semua limbah dimanfaatkan kembali. Bahkan, urine sapi digunakan untuk kolam ikan. Sebab, dapat mempercepat pertumbuhan ekosistem di kolam ikan.

Bahkan, kotoran sapi pun digunakan untuk biogas. Belum lagi rumput gajah untuk pakan ternak dan sebagainya. Semua dapat dimanfaatkan kembali. Menurut Edi, Bangka Botanical Garden meliputi kawasan seluas 300 hektar.

Namun, lahan yang dimanfaatkan baru seluas 150 hektar. Untuk mencapai lokasi ini, perjalanan dapat ditempuh tak sampai setengah jam dari pusat Kota Pangkal Pinang. Lokasi tepatnya berada di daerah Ketapang, Pangkal Pinang.

Kelar menjelajahi Bangka Botanical Garden, pengunjung juga dapat menikmati aneka hidangan di restoran yang berada dekat dengan kolam ikan. Pengunjung juga dapat memancing ikan di kolam ikan nila tersebut sambil menikmati panorama pepohonan. Siapa sangka, keasrian tersebut diperoleh dari hal sederhana, yaitu kotoran sapi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com