Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos Air Terjun Sedudo

Kompas.com - 27/07/2012, 13:14 WIB

DARTO (44), tukang foto di obyek wisata alam air terjun Sedudo, di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, mendatangi setiap pengunjung sembari menawari untuk diabadikan. Panorama air terjun yang terletak 1.438 meter di atas permukaan air laut menjadi latar belakang fotonya.

Air terjun Sedudo dengan tinggi 105 meter berada di kaki Gunung Wilis. Lokasi ini tak hanya menebarkan keelokan dalam balutan kesejukan udara nan bersih dan segar, tetapi juga mitos yang menyatu dalam keyakinan masyarakat. Konon, siapa pun yang mandi di kolam atau di bawah air terjun bisa mendapatkan berkah keselamatan, awet muda, disembuhkan dari sakit yang dideritanya, dan naik pangkat.

”Air terjun Sedudo oleh masyarakat dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Siapa pun yang mandi di sini juga bisa awet muda,” kata Darto, warga desa setempat.

Percaya atau tidak, tetapi yang jelas setiap bulan Sura, dalam tradisi Jawa, ribuan warga berdatangan dan mandi, baik di kolam maupun di bawah air terjun Sedudo. Bahkan, sejumlah elite politik dan pejabat di tingkat pusat dan daerah rela mandi tengah malam dengan beragam niat dan keinginan masingmasing.

”Betul, banyak pejabat negara dan pejabat provinsi yang datang dan mandi di bawah air terjun kala tengah malam,” imbuh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk Lies Nurhayati beberapa saat lalu.

Air terjun Sedudo memang menjadi primadona obyek wisata alam dan ritual di Nganjuk. ”Selain bulan Sura, pada malam Jumat Legi juga banyak pengunjung yang datang dan mandi di sini. Pulangnya mereka membawa air Sedudo,” kata Siti Rahayu (36), pedagang makanan dan minuman di lokasi itu.

Obyek wisata andalan

Dengan potensinya sebagai obyek wisata air dan wisata ritual yang sudah berlangsung turun-temurun, Pemerintah Kabupaten Nganjuk menempatkan air terjun Sedudo sebagai ikon dan primadona di wilayah itu. Air terjun Sedudo menjadi obyek wisata andalan daerah.

”Tradisi dan upacara mandi bersama atau siraman Sedudo yang berlangsung turun-temurun sejak zaman Majapahit menjadi agenda utama. Tradisi ini dikenal sebagai upacara Prana Prasthista dan menjadi agenda utama daya tarik wisata Sedudo,” kata Lies Nurhayati.

Wisatawan yang hendak bertandang ke lokasi wisata air terjun Sedudo bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari ibu kota Nganjuk, tepatnya dari Pendapa Kabupaten Nganjuk, jarak tempuh menuju lokasi air terjun sekitar 30 kilometer arah selatan.

Bertandang sambil menikmati dinginnya air terjun Sedudo, ditingkahi tiupan angin pegunungan yang menyejukkan, pasti membuat pengunjung betah berlama-lama mengakrabi suasana yang menyegarkan itu. Meski demikian, setiap pengunjung tetap diminta waspada dan berhati-hati jika tiba-tiba cuaca buruk terjadi. Di lokasi ini, hujan deras dan angin kencang bisa sewaktu-waktu terjadi.

Karena itu, jumlah pengunjung air terjun Sedudo amat bergantung pada cuaca. Apalagi, lokasinya juga rawan longsor dan banjir. Contohnya, pada tahun 2011 dari target pengunjung 87.000 orang, hanya terealisasi sebanyak 43.000 orang. Pasalnya, kala itu lokasi wisata air terjun Sedudo ditutup sepanjang bulan Februari hingga Mei akibat cuaca buruk yang bisa memunculkan tanah longsor atau bencana lainnya. Tentu saja keselamatan pengunjung tetap menjadi yang utama.

”Kami tidak mau mengambil risiko bagi pengunjung. Petugas di lokasi akan memberitahukan kepada setiap pengunjung agar segera meninggalkan lokasi kalau sewaktu-waktu datang angin kencang dan hujan deras,” papar Lies Nurhayati.

Tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Nganjuk melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menargetkan jumlah kunjungan wisatawan 70.000 orang dengan target perolehan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor wisata air terjun Sedudo Rp 387 juta. ”Insya Allah bisa terpenuhi. Namun, semua sangat bergantung pada cuaca. Tahun ini kami harapkan cuacanya jauh lebih baik dan bersahabat untuk wisatawan yang datang ke lokasi air terjun,” ungkapnya lagi.

Kawasan pertapaan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com