Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk Pelesir ke Cirebon

Kompas.com - 28/07/2012, 13:14 WIB

KOMPAS.com - Kota tua dan kota budaya bukanlah hasil rekayasa seketika. Perlu proses menahun bahkan ratusan tahun untuk menjadikannya kota dengan potensi wisata budaya. Beragam budaya lahir, mengakar dan yang tak terhindarkan, berasimilasi dengan budaya pendatang. Sejatinya, kota yang terletak di Jawa Barat ini adalah kota tua peninggalan sejarah pantai utara, Cirebon.

Jejak-jejak proses perpaduan budaya itu tampak kasat mata pada pilar-pilar bangunan keraton kasepuhan, juga di pernak-pernik pembangun gedung anggun berusia ratusan tahun ini. Budaya China, Belanda, dan akar Jawa yang kuat tampil berdampingan serasi di Keraton Kesultanan Cirebon.

Jumat. Bukan hanya Yogyakarta ataupun Solo yang memiliki Keraton dengan arsitektur yang menawan, Cirebon pun menyimpan kekayaan budaya dan sejarah lewat Keraton Kasepuhan Cirebon. Pengaruh arsitektur dari Cina dan neo klasik Jawa, memberikan warna paduan yang menawan bagi keraton. Ada tiga periodisasi perkembangan arsitektur di Cirebon. Pertama pada masa Islam, masa kolonialisme dan masa modern.

Selain kemegahan arsitektur keraton, kejayaan Kesultanan Cirebon bisa anda saksikan dari Kereta Kencana yang terparkir di salah satu sudut Keraton Kasepuhan Cirebon.

Referensi menarik lainnya yang patut dikunjungi wisatawan adalah  Gua Sunyaragi. Lokasinya tak jauh dari Keraton, tepatnya, di Kelurahan Graksan, sekitar lima kilometer dari jantung kota Cirebon.

Menilik arsitektur gua sunyaragi lebih tepat disebut Taman Sunyaragi. Taman Sunyaragi dibangun pada tahun 1703. Kata Sunyaragi sendiri melekat pada taman ini bukan tanpa arti. Sunya artinya sepi dan ragi tak lain adalah raga.

Taman ini, memang diperuntukan bagi sultan untuk menjauh dari keramaian duniawi, bersemedi, untuk memperkuat ruhani dalam jasmani sebagai pemimpin di masa itu.

Penempatan gua sungguh teratur, dengan fungsi yang sudah dirancang dengan baik. Ada sekitar dua belas gua yang ada di Taman Sunyaragi ini, dengan fungsinya masing-masing.

1. Bangsal Jinem, tempat sultan memberi wejangan sekaligus melihat prajurit berlatih.
2. Gua Pengawal, titik berkumpul para pengawal sultan.
3. Gua Pande Kemasan, pusat pembuatan senjata tajam.
4. Gua Simanyang, sebagai pos penjagaan.
5. Gua Langse, anjungan untuk bersantai.
6. Gua Peteng, tempat menyepi sultan untuk mendapatkan kekebalan tubuh.
7. Gua Arga Jumud diperuntukan bagi tamu penting keraton.
8. Gua Padang Ati, menjadi tempat bersemedi.
9. Gua Kelanggengan, sultan bersemedi di sini dengan tujuan mendapat keridhaan tetap langgeng kedudukannya.
10. Gua Lawa, gua yang dipenuhi kelelawar.
11. Gua Pawon, tempat menyimpan makanan atau dapur.
12. Mande Beling, menjadi tempat peristirahatan sultan.

Taman Sunyaragi ini sesungguhnya merupakan taman air. Tekstur gua yang terbuat dari batu karang  memiliki pori-pori atau lubang-lubang, untuk menampung air. Sunyaragi juga dipercantik dengan hiasan patung.

Sabtu. Wisata budaya, di Cirebon belum "mahteh", begitu kata orang, kalau belum singgah di makam Sunan Gunung Jati, satu dari sembilan wali penyebar agama Islam di Indonesia. Kompleks Astana Gunung Jati, menjadi salah satu daya tarik wisata culture tourism Cirebon.

Makam wali bernama asli Syarif Hidayatullah ini mashyur dan dihormati. Kompleks ini nyaris tak pernah sepi peziarah. Mengingat jasanya lah Islam menyebar di wilayah Jawa Barat.

Menuju pintu masuk peziarah, tampak lapak-lapak yang menjual kebutuhan para peziarah, aneka bunga setaman, menyan, juga pernak-pernik lainnya.

Di pintu masuk areal makam, kita akan menjumpai sejumlah penjaga pintu masuk ke areal makam. Tidak dikenakan tarif masuk, hanya saja, sedekah semampu peziarah. Dana tersebut akan dimanfaatkan kemudian untuk merawat Astana Sunan Gunung Jati.

Di dalam kompleks pemakaman, terlihat Balemangu Majapahit dengan bentuk berundak, dan lebih ke dalam, terdapat balemangu yang lebih besar yaitu Balemangu Padjajaran. Balemangu sendiri adalah bale-bale, tempat raja bersantai.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com