Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Malam di Kota Tua

Kompas.com - 08/08/2012, 12:38 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

KOMPAS.com - Jam menunjukkan tepat tengah malam saat peserta wisata malam mulai bergerak menuju perjalanan menyusuri Kampung Arab di Kawasan Kota Tua Jakarta, Minggu (5/8/2012). Tur Kampung Arab kali ini melihat peninggalan Islam berupa bangunan bersejarah seperti rumah dan masjid yang dulu didiami masyarakat Muslim di sekitar wilayah Pekojan.

Menurut Asep Kambali, Pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI), di Jakarta banyak terdapat berbagai perkampungan diantaranya Kampung Arab. Kampung tersebut merupakan buatan Belanda yang tujuannya untuk memantau pergerakan tentara musuh.

Penyebaran Islam di Jakarta khususnya, menurut Asep, merupakan yang paling besar karena adanya musuh bersama yang harus disingkirkan yaitu Belanda. "Islam menyebar karena musuh bersama yaitu orang-orang Eropa yaitu Belanda. Kenapa Belanda kesini? Mereka kemari karena sudah kalah di Eropa," katanya.

Menyusuri jalanan di kawasan Kota Tua pada malam hari memang berbeda dari biasanya. Yang didapat ialah ketenangan, tidak ada bising kendaraan, kemacetan, dan berbagai keributan yang biasa terjadi di siang hari, dengan banyaknya gedung-gedung tua peninggalan Belanda memberikan kesan tersendiri selama perjalanan.

"Tidak perlu takut menyusuri Kota Tua malam-malam. Kita bukan mau ziarah tapi belajar sejarah," ungkap Asep.

Peserta tur  terlihat sangat antusias dalam perjalanan serta siap untuk belajar dan mengetahui sejarah-sejarah di balik bangunan-bangunan tersebut.

"Tur Kampung Arab itu dari kali ke kali, masjid ke masjid." ungkap Dias, pemandu Wisata Malam ke Kampung Arab.

Perjalanan dimulai dari Kali Besar. Kali Besar awalnya ialah kanal yang dibuat oleh Gubernur Belanda yang berfungsi sebagai sarana transportasi. Dari sini terlihat gedung Bank Mandiri yang dulunya disebut Chartered Bank. Di Kali Besar ini konon ialah sebagai saksi bisu pembantaian yang terjadi pada etnis Tionghoa.

"Kalau di kota namanya besar-besar, kayak Kali Besar, Mangga Besar, di kampung gede-gede, kayak Pondok Gede," kata Dias dalam penjelasannya kepada pengunjung tentang sejarah penamaan daerah di sekitar Kawasan Kota Tua.

Lurus terus dari jembatan Kali Besar, tak lama kita akan menemukan Jalan Tiang Bendera. Asal mula penamaan jalan ini, menurut Dias, adalah dulunya disini hidup sekumpulan etnis Tionghoa. Setiap bulan, Kapiten Cina yang tinggal disini menaikkan bendera dari kediamannya, menandakan sudah jatuh tempo bayar pajak.

Ke arah selatan dari Jalan Tiang Bendera kita akan menemui Pasar Pagi Lama. Gaya bangunan pasar pagi lama khas etnis Tionghoa dengan banyak ornamen, ukiran dan warna merah. Pada masanya, pasar ini merupakan pusat grosir terbesar di Jakarta.

Perjalanan berlanjut ke Masjid Al-Anshor yang terletak diantara rumah-rumah penduduk. Masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi sehingga tidak kelihatan lagi bentuk aslinya. Tinggal ukiran khas Arab berasal dari kayu yang ada di dinding masjid.

"Masjid ini nggak diketahui siapa pendirinya, tapi berasal dari bangsa Mor yaitu orang India atau Yaman Selatan. Masjid sendiri udah ditinggikan 2-3 meter, karena sering banjir. Bangunannya juga udah diperluas, tapi yang aslinya yang aula dalam itu, awalnya masjid hanya segitu," ungkap Dias.

Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke Mushola Ar Roudah. Dalam perjalanan menuju kesana, melewati rumah-rumah yang dulunya merupakan tempat tinggal masyarakat Arab dengan bangunan khas yang disebut Ne Molo. Namun, kini rumah tersebut sudah berganti dengan ruko-ruko karena tergeser dengan etnis Tionghoa.

Mushola Ar Roudah awalnya didirikan oleh perkumpulan Jamiatul Khair, merupakan organisasi sosial untuk mendidik yatim dan fakir.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com