Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raffles: "Jangan Pernah Lupakan Aku"

Kompas.com - 10/08/2012, 12:36 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Sudah berapa kali Anda mengunjungi Kebun Raya Bogor? Jika “sering” menjadi jawaban Anda, maka pertanyaan berikutnya adalah sudah berapa kali Anda melihat tugu memorial Lady Raffles?

Pengunjung yang masuk ke Kebun Raya Bogor melalui pintu utama, sudah pasti akan melewati tugu memorial ini. Namun, masih sedikit orang yang mengetahui kisah romantis di balik tugu tersebut.

Biasanya, pengunjung melalui tugu ini begitu saja dan langsung menuju kawasan danau ataupun Museum Zoologi. Pun, pengunjung biasanya hanya duduk-duduk saja di sekitaran tugu memorial tersebut.

Apa istimewanya? Mungkin begitu pikir beberapa pengunjung. Nyatanya, sebuah kisah romantis melekat di tugu putih itu. Thomas Stamford Raffles, sosok Letnan Gubernur di Jawa yang bertugas di tahun 1811 asal Inggris itu dikenal begitu mencintai bumi nusantara.

Kecintaannya kepada Pulau Jawa, tempat ia pernah tinggal dan bertugas, dituangkan dalam sebuah buku “History of Java”. Ia begitu mencintai alam dan budaya Jawa, termasuk flora dan fauna di dalamnya.

Penemuan Candi Borobudur dan cikal bakal Kebun Raya Bogor, menjadi bukti kegilaan Raffles pada alam nusantara. Konon, Raffles sampai menangis saat terpaksa harus keluar dari Pulau Jawa di tahun 1816 dan kembali ke Inggris.

Raffles yang sempat tinggal di Istana Bogor kemudian “menyulap” halaman sekitar Istana Bogor menjadi taman cantik seperti di Inggris. Inilah yang menjadi cikal bakal Kebun Raya Bogor. Kawasan ini sebelumnya memang merupakan hutan buatan sejak masa Prabu Siliwangi.

Sosok romantis Raffles tersimpan di Kebun Raya Bogor itu. Tugu putih yang berada di dalam sebuah gazebo mini menjadi pengingat romantisme Raffles.  Istri Raffles, Lady Olivia Mariamne meninggal dunia di pada 26 November 1814.

Untuk mengenang istri yang begitu dicintainya, Raffles mendirikan tugu di Kebun Raya Bogor yang menjadi tempat favorit mendiang istri Raffles. Olivia meninggal di Istana Bogor pada usia 43 tahun akibat malaria.

Seperti tercantum dalam keterangan yang ada di samping tugu, sebagai istri gubernur, selama hidupnya Olivia memperkenalkan reformasi di kalangan masyarakat Jawa. Dan, berikut bagian yang paling menyentuh dari tugu tersebut. Sebuah goresan cinta berupa larik-larik puisi karya Raffles.

Oh thou whom neer my constant heart
One moment hath forgot
Tho fate severe hath bid us part
Yet still – forget me not

Jika diterjemahkan secara bebas, maka makna puisi tersebut kurang lebih sebagai berikut, “Oh kau yang tak pernah satu kali pun terlupakan oleh detak jantungku. Takdir yang keji telah memisahkan kita. Namun, jangan pernah lupakan aku”.

Raffles baru berusia 33 tahun saat Olivia meninggal. Ya, Olivia memang 10 tahun lebih tua daripada Raffles. Olivia adalah seorang janda saat dinikahi Raffles yang kala itu masih bekerja sebagai juru tulis.

Beberapa tahun kemudian, karir Raffles menanjak dan ditempatkan di Jawa. Olivia dengan setia mendampingi Raffles. Ia dikenal pintar bergaul dengan pribumi Jawa. Sama seperti Raffles, Olivia menyimpan kecintaan besar pada alam tropis Jawa.

Sejarah mencatat, Raffles tidak memiliki anak dari Olivia. Tiga tahun setelah Olivia meninggal, Raffles menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Sophia Hull.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com