Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turis Perancis Pun Menikmati Air Pancuran Hutan Mbeliling

Kompas.com - 18/08/2012, 18:00 WIB
Kontributor Manggarai, Markus Makur

Penulis

KOMPAS.com - Menyusuri Kawasan Hutan Mbeliling dengan berjalan kaki tidak akan pernah haus. Mendaki gunung, menuruni lembah menantang para wisatawan dan lokal guide di Kawasan Hutan Mbeliling. Salah satu yang melakukan trekking di kawasan Hutan Mbeliling adalah Julian, turis Perancis yang menghabiskan waktu liburan selama satu minggu di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Selain menghirup udara segar yang disuguhkan pohon-pohon di hutan Mbeliling juga menikmati berbagai aneka suara burung endemik Flores yang masih hidup di hutan ini.

Julian menuturkan perjalanannya bersama seorang teman dari Bali pada Kamis (16/8/2012) menuju ke Labuan Bajo. Tiba di Labuan Bajo, tour operator menawarinya perjalanan wisata ke berbagai tempat unik di sekitar Kota Labuan Bajo selain ke Taman Nasional Komodo untuk melihat kadal raksasa Komodo serta ke Pulau Rinca dan melakukan penyelaman di perairan Labuan Bajo.

Julian tertarik untuk melakukan trekking di kawasan hutan Mbeliling pada hari pertama program tournya. Setiba di perhentian pertama di kawasan hutan Mbeliling, Jumat (17/8/2012), Julian bersama temannya yang diantar oleh pemandu wisata lokal, Anton, bertemu dengan rombongan masyarakat dan wartawan yang sedang berkemas untuk melakukan trekking ke air terjun Cunca Rami.

Berbincang sebentar dengan rombongan masyarakat dan wartawan, Anto lantas menawari Julian apakah tertarik ikut bergabung dengan rombongan tersebut. Julian meresponsnya dengan senang hati. Perjalanan pun dimulai. Sekitar jam 11.30 Wita mereka menuruni lembah di lereng Kawasan Hutan Mbeliling.

Menuruni lembah yang jalur trekking baru dibuka masyarakat, rombongan berkali-kali berhenti karena medan yang berat, ada banyak tali-tali dari pohon kayu yang besar, jalan berbatu. Perjalanan ditempuh sekitar 30 menit menuruni lembah dan tiba di kampung Tua, Beo Jing atau kampung kumpulan banyak setan pada zaman dahulu.

Turis Perancis dan seorang turin Jerman, Philipp Mie'er diantar menuju ke puncak Beo Jing di tengah hutan bersama dengan rombongan masyarakat dan wartawan. Setelah berhenti kurang lebih 10 menit di Puncak Beo Jing, Bernadus Barat Daya, anggota Legislatif Manggarai Barat menjelaskan, tentang puncak Beo Jing.

Menurut cerita orang tua di beberapa kampung di sekitar Mbeliling yaitu Kampung Lamu, Rangat, Ngengo bahwa bila ada anak atau orang tua yang hilang di kampung, masyarakat mencarinya ke Puncak Beo Jing. Alasannya, di sekitar kawasan tersebut merupakan kumpulan dari berbagai jing atau setan di kawasan Mbeliling.

Setelah penjelasan singkat itu, rombongan pun meneruskan perjalanan menuju ke Kampung Lamu. Namun, sebelum tiba di Kampung Lamu, sejumlah mata air di tengah hutan yang sangat sejuk sempat dinikmati oleh turis Perancis dan Jerman serta rombongan. Ada tiga mata air yang airnya dingin sekali diminum oleh wisatawan dan rombongan untuk merasakan kesegaran air dari hutan. Apalagi persediaan air minum kemasan sudah habis.

Sebelum tiba di Kampung Lamu, Kecamatan Mbeliling, ada air pancuran yang sumber mata airnya dari hutan Mbeliling. Julian bersama dengan temannya menikmati air pancuran itu dengan meminumnya dan mencuci muka diikuti oleh anggota DPRD Manggarai Barat serta rombongan wartawan.

Setelah itu, di rumah masyarakat di Kampung Lamu, rombongan diterima secara adat Manggarai dan makan siang bersama dengan warga masyarakat.

Julian dan Mie'ner menuturkan, mereka pertama kali makan nasi, dan itu terjadi di sebuah kampung kawasan hutan Mbeliling. "Kami berterima kasih atas penerimaan yang sungguh sangat bersahabat," kata Julian.

Turis Perancis dan Jerman itu juga menikmati kopi manggarai yang disuguhkan warga setempat. Setelah makan siang, Julian dan Mie'ner bersama guide dan rombongan menuju air terjun Cunca Rami yang tingginya diperkirakan 100 meter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com