Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyesap Kekayaan Kopi di Warung Pinggir Pasar

Kompas.com - 28/10/2012, 09:24 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Warung kopi itu sederhana saja. Letaknya di pinggir pasar pula. Namun koleksi kopi yang dimiliki mampu membuat mulut menganga. Itulah warung "Graha Kopi" yang berada di Pasar Segar, Graha Raya, Tangerang.

Pemiliknya, Hadi Lesmono tidak pernah berencana membuat warung kopi. Mantan bankir yang rambutnya mulai memutih itu sempat bingung saat istrinya membeli sebuah ruko. Mau jualan apa, ia tidak tahu. Namun kecintaannya pada kopi memunculkan gagasan menjadikan ruko itu sebagai tempat berkumpul serta berbagi ilmu dan pengalaman ngopi. Kebetulan ia suka mengoleksi berbagai kopi dari seluruh Indonesia.

"Saya jualan kopi bukan untuk cari makan. Iseng aja tapi kebablasan," ujarnya saat dijumpai di warungnya.

Hadi mulai tertarik pada kopi sejak kelas 5 SD. Kala itu kakeknya sering memintanya membeli kopi di pasar. Tertarik baunya yang wangi, Hadi kecil mulai mencoba minum kopi. Kebiasaan itu berlanjut saat ia bekerja di sebuah bank dan sering bertugas ke luar daerah. Di setiap tempat yang dikunjungi, Hadi menyempatkan diri mencoba kopi lokal dan membawa biji-bijinya. Karena setiap daerah memiliki kopi yang berbeda, maka ia menjadi orang yang selalu tertarik mencoba kopi baru. Itulah yang mengantarnya menjadi kolektor dan pecinta kopi.

Sayang sedikit saja orang yang mengerti kekayaan kopi Indonesia. Maka muncul niatnya untuk berbagi. Bagi Hadi, hal yang membuatnya senang adalah bila seseorang mengapresiasi kopi dengan benar. Tak heran bila biji-biji kopi di warungnya lalu dijual dengan harga terjangkau, karena tujuan utamanya adalah membuat orang mengerti dan sadar bahwa Indonesia memiliki banyak sekali kopi enak yang sangat layak dinikmati.

"Sejauh ini kopi-kopi kita yang paling enak dibawa ke luar negeri. Penikmatnya adalah orang-orang asing. Kita seringkali hanya mendapat sisanya, yakni kopi-kopi kelas bawah yang dicampuri berbagai aroma sintetis," ujarnya.

Dikatakan Hadi, membuat orang mengerti dan merasakan kopi dengan benar bukan hal mudah. "Kebanyakan orang sudah terikat pada merk-merk tertentu, tanpa mengetahui kopi kelas apa yang mereka minum. Ada juga yang menganggap kopi yang mantab adalah kopi yang pahit dan kental. Makin pahit, makin dianggap sebagai kopi sejati. Padahal setiap kopi memiliki aroma dan flavour yang khas. Unik untuk setiap jenis. Dan kenikmatannya pun berbeda-beda," jelas Hadi.

Tak jarang seseorang yang mengaku pecandu kopi, meremehkan kopi Wamena atau Toraja Pulu-pulu karena rasanya yang ringan dan beraroma buah. "Padahal itulah yang khas dari kedua kopi itu. Orang seringkali tidak tahu bahwa rasa kopi itu tidak sekedar pahit, tapi sangat beragam. Dari aroma daun, kayu, kacang-kacangan, hingga buah-buahan ada," lanjutnya.

Untuk mengenalkan kopi Indonesia, Hadi menyediakan puluhan jenis kopi unggulan single origin dari berbagai kebun di Nusantara, seperti kopi Gayo, Mandailing, Flores Bajawa, Toraja, Wamena, Lintong, dan lainnya. Kopi-kopi itu dipilihnya sendiri dari berbagai kebun berbeda, bukan dari pengepul yang seringkali mencampur kopi dari berbagai panenan. Hal itu untuk mendapatkan kopi yang khas, orisinil, namun kaya rasa.

Meski begitu, ia juga menyediakan kopi-kopi "berat" yang secara tradisional dianggap kopi sejati oleh beberapa peminum kopi, seperti kopi aceh dan sidikalang. "Saya menggunakan kopi-kopi ini untuk menetralkan lidah para peminum kopi. Pasalnya, orang-orang yang terbiasa minum kopi dengan rasa berat, akan sulit menikmati kopi lain. Nah kopi sidikalang ini rasanya berat namun datar, sehingga bisa menetralkan lidah. Setelah itu, baru dicobakan kopi-kopi eksotis lain," terangnya.

Pencerahan Kopi

Berkunjung ke warung kopi ini, atau menurut Hadi Lesmono lebih tepat disebut bean shop (warung biji kopi), seseorang tidak hanya sekadar menikmati kopi. Hal yang jauh lebih menarik adalah obrolan tentang kopi yang bakal memberi pencerahan pada seseorang betapa unggul dan beragam kopi yang tumbuh di Indonesia.

Kadang-kadang, Hadi mengajak ngobrol tamunya sambil memanggang kopi. Aroma wangi yang muncul pun menjadi bahan diskusi. Memang, urusan roasting atau memanggang, Hadi melakukannya sendiri. "Selain asal bijinya, rasa kopi sangat ditentukan oleh pemanggangan. Terlalu lama dipanggang, warnanya makin gelap, dan cenderung lebih pahit. Terlalu singkat, rasa asam kopi akan mendominasi. Jadi pemanggangan harus pas," ujarnya. Ujung-ujungnya orang tertarik mencoba berbagai jenis kopi yang ada.

Disertai berbagai cerita, kita akan makin menghargai kopi yang disajikan Hadi dengan penuh cinta dan passion. "Kopi ini termasuk langka. Saat dipanen di hutan, orang-orang Perancis sudah menunggu untuk memborongnya. Maka saya hanya bisa dapat sedikit," cerita Hadi mengenai kopi wamena yang sedang saya minum suatu sore di bulan September. Sedangkan untuk mendapat kopi Toraja dari kebun tertentu, Hadi harus berlomba dengan pembeli dari Jepang.

Di warung yang hanya memiliki satu bangku panjang dan beberapa kursi itu, Hadi Lesmono acap mengajak saya membaui wangi kopi dalam toples kaca yang ditata berderet. Setelah meresapkan aromanya, seseorang biasanya akan menentukan kopi apa yang ingin diminum. Namun hal ini bukan perkara mudah bagi saya, karena semua biji kopi dalam toples menyebarkan wangi yang menggoda dengan kekhasan masing-masing.

Semakin banyak kopi untuk dicoba, semakin penasaran lidah ini. Ketika kita mengira satu jenis kopi adalah yang terenak, akan muncul kopi lain yang lebih nikmat. Akhirnya kenikmatan akhir memang tergantung pada selera masing-masing. Yang jelas, setelah merasakan kopi-kopi terbaik Indonesia di warung pinggir pasar itu, banyak orang mengaku tidak lagi minum sembarang kopi. "Sayangi lidah, minumlah kopi enak," ujar Hadi Lesmono penuh arti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ada Parkir dan Resto Nakal yang Beri Harga Tak Wajar di Bantul, Ini Cara Laporkannya

    Ada Parkir dan Resto Nakal yang Beri Harga Tak Wajar di Bantul, Ini Cara Laporkannya

    Travel Update
    Cara ke Jakarta Aquarium Safari di Neo Soho, Naik KRL dan Transjakarta

    Cara ke Jakarta Aquarium Safari di Neo Soho, Naik KRL dan Transjakarta

    Travel Tips
    Tangal Merah dan Cuti Bersama di bulan April 2024, Ada Lebaran

    Tangal Merah dan Cuti Bersama di bulan April 2024, Ada Lebaran

    Travel Update
    Mengenal Kampung Inggris, Belajar Sembari Liburan

    Mengenal Kampung Inggris, Belajar Sembari Liburan

    Jalan Jalan
    Cara ke Pameran Sampul Manusia dari Tangerang naik Transjakarta

    Cara ke Pameran Sampul Manusia dari Tangerang naik Transjakarta

    Travel Tips
    12 Maskapai Ajukan Penerbangan Tambahan Saat Libur Lebaran 2024

    12 Maskapai Ajukan Penerbangan Tambahan Saat Libur Lebaran 2024

    Travel Update
    Jakarta Aquarium Safari Tambah Tiket dan Show Saat Libur Lebaran

    Jakarta Aquarium Safari Tambah Tiket dan Show Saat Libur Lebaran

    Travel Update
    Festival Bunga Tulip Terbesar di Belanda Dibuka untuk Umum

    Festival Bunga Tulip Terbesar di Belanda Dibuka untuk Umum

    Travel Update
    KA Argo Bromo Anggrek Gunakan Kereta Eksekutif New Generation mulai 29 Maret

    KA Argo Bromo Anggrek Gunakan Kereta Eksekutif New Generation mulai 29 Maret

    Travel Update
    Taman Asia Afrika, Area Sejarah di Kiara Artha Park di Bandung

    Taman Asia Afrika, Area Sejarah di Kiara Artha Park di Bandung

    Jalan Jalan
    Omah UGM, Cagar Budaya di Kotagede Yogyakarta Bisa untuk Spot Foto

    Omah UGM, Cagar Budaya di Kotagede Yogyakarta Bisa untuk Spot Foto

    Jalan Jalan
    Harga Tiket Jakarta Aquarium Safari Lebaran 2024, Simak Cara Belinya

    Harga Tiket Jakarta Aquarium Safari Lebaran 2024, Simak Cara Belinya

    Travel Update
    Penginapan Tengah Hutan di Bantul Yogyakarta, Tawarkan Kelas Yoga

    Penginapan Tengah Hutan di Bantul Yogyakarta, Tawarkan Kelas Yoga

    Hotel Story
    Cara ke Pameran Sampul Manusia Naik KRL dan Transjakarta

    Cara ke Pameran Sampul Manusia Naik KRL dan Transjakarta

    Travel Tips
    Wisatawan Sudah Bisa Naik ke Atas Candi Borobudur, mulai Rp 150.000

    Wisatawan Sudah Bisa Naik ke Atas Candi Borobudur, mulai Rp 150.000

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com