Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perajin Wayang Minta Pucung Jadi Desa Wisata

Kompas.com - 28/10/2012, 12:12 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Perajin wayang kulit di Desa Pucung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meminta pemerintah daerah menjadikan Desa Pucung sebagai desa wisata  kerajinan wayang kulit. "Untuk peningkatan promosi wayang kulit di Desa Pucung kami berharap di sini (Desa Pucung) menjadi desa wisata kerajinan wayang kulit," kata Jumadi, seorang perajin sekaligus pemilik toko Wayang Kulit Jumadi, di Yogyakarta, Minggu (28/10/2012).

Menurut Jumadi, pemerintah daerah seharusnya memanfaatkan lahan sepanjang pinggir jalan Desa Pucung sebagai wahana penjualan atau pameran kerajinan wayang kulit Desa Pucung. "Sepanjang pinggir jalan Desa Pucung merupakan tanah milik pemerintah. Mengapa tidak dimanfaatkan saja sebagai sentra penjualan kerajinan wayang kulit," katanya.

Jumadi menjual wayang kulit mulai yang berbahan kulit sapi, domba hingga kerbau dengan memasang harga mulai Rp 55.000 untuk aksesoris hingga yang paling mahal Rp 1.200.000 per unit.

Jumadi biasanya mendapat pesanan dari Jakarta, Surabaya, dan Kalimantan. Untuk satu bulan dengan dibantu 5 karyawan, ia mengaku rata-rata mampu membuat 300 wayang dengan omzet kotor Rp 12 juta. "Itu saja belum pasti, kadang-kadang sebulan tidak ada garapan," katanya.

Pemerintah Daerah, lanjut Jumadi, memang telah membuatkan pusat kerajinan di Pasar Seni Gabusan yang terletak di pinggir Jalan Parangtritis Km 9.

Namun, pusat penjualan kerajinan tersebut kurang efektif karena pembeli tidak dapat melihat langsung perajin serta proses pembuatan kerajinan khusus wayang kulit. "Pemusatan kerajinan di Pasar Gabusan menurut saya tidak efektif, sekarang saja di sana (Pasar Gabusan) sepi," katanya.

Jumadi mengaku beruntung karena setidaknya menjadi salah satu perajin wayang kulit yang mampu membeli tanah untuk membuka toko kerajinan di jalan utama Desa Pucung. Masih banyak perajin wayang kulit lainnya di pelosok Desa Pucung yang terpaksa menitipkan hasil kerajinannya di toko milik Jumadi karena daerah tersebut merupakan perbukitan yang sulit dijangkau oleh calon pengunjung.

"Saya kasihan perajin-perajin yang ada di pelosok terpaksa menitipkan hasil karyanya ke sini karena mereka tidak mampu membeli lahan di pinggiran jalan utama desa ini," katanya.

Senada dengan Jumadi, perajin Wayang Kulit dan pemilik Sanggar Jaya Astuti di desa yang sama, Keni Suharjono, mengatakan perlunya perhatian khusus pemerintah terhadap upaya pelestarian aset budaya wayang kulit di Desa Pucung.

Menurut Keni, sepanjang tahun 2012 pengunjung sangat sepi. "Promosi kerajinan wayang kulit khususnya di desa ini perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah agar bisa meningkatkan jumlah pengunjung," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com