Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyapa Monyet Jahil di Ubud

Kompas.com - 09/11/2012, 11:42 WIB

KOMPAS.com – Dari depan, sebuah patung monyet raksasa dari batu sudah menyapa. Tak perlu berjalan terlalu dalam, sebab monyet-monyet sudah menyambut di depan gerbang. Semakin ke dalam, monyet-monyet semakin unjuk gigi.

Mandala Wisata Wenara Wana atau biasa disebut Monkey Forest menjadi salah satu tempat wisata di Ubud. Terletak di Jalan Monkey Forest yang merupakan pusat keramaian Ubud, Gianyar, menjadikan tempat ini mudah untuk dijangkau. Setiap harinya, Monkey Forest ramai didatangi turis-turis asing.

Para “bule” yang tidak terbiasa melihat monyet berkeliaran dengan bebasnya, tampak terpesona dengan kehadiran para monyet. Jangankan yang monyet yang hidup bebas, salah satu turis asing menuturkan ia tak pernah melihat monyet secara langsung, sekedar di televisi.
 
Walaupun monyet-monyet  liar, sebagian besar sangat jinak dan biasa menghadapi manusia. Sebelum masuk ke area Monkey Forest terdapat penjual pisang. Turis bisa membeli pisang di sini untuk diberikan pada monyet-monyet yang ada di dalam. Satu sisir pisang diberi harga Rp 20.000.

Ada keseruan tersendiri saat memberi makan para monyet. Hati-hati saat membawa pisang, monyet-monyet ini tak segan-segan merebutnya dari tangan Anda. Kadang, beberapa monyet tak segan merogoh ke kantong celana para turis, berharap ada makanan di dalamnya.

Melihat para turis yang tak biasa dengan monyet juga pengalaman seru, terutama jika Anda sudah sering berinteraksi dengan monyet. Beberapa turis asing hanya sibuk berfoto, namun ada pula yang ketakutan dan sesekali menjerit. Ada pula duduk santai ditemani para monyet. Bahkan tak sedikit yang takjub melihat raja monyet yang badannya begitu besar.

Terkadang ada monyet-monyet yang usil. Namun  tenang saja, di kawasan ini banyak penjaga hutan. Mereka biasanya mengenakan baju adat berwarna hijau. Dengan sigap mereka biasa memantau aktivitas monyet saat berdekatan dengan turis.

“Monyet-monyet ini sudah kenal dengan penjaga. Tidak tahu juga bagaimana, mereka bisa bedakan mana yang penjaga dan mana turis. Kalau kami dekati, mereka sudah mengerti,” tutur Ketut, salah satu penjaga di Monkey Forest.

Hutan seluas sekitar 27 hektar tersebut tak sekedar memikat karena para monyet. Rimbunnya pepohonan dan jalan setapak  dari batu yang rapi nan asri, menjadi daya tarik tersendiri. Di tengah panasnya Bali, kesejukan begitu terasa saat masuk ke dalam Monkey Forest.

Sayangnya, karena berada di tepi jalan kecil dan salah satu pusat keramaian Ubud, Jalan Monkey Forest selalu macet terutama di siang hari. Tempat parkir yang terbatas, memaksa para turis harus parkir di tepi jalan.

Sebaiknya datanglah di pagi hari, sebab tempat ini sudah buka sejak pukul 8.30 pagi dan tutup di pukul empat sore. Tiket masuk untuk wisatawan domestik hanya Rp 20.000. Ingatlah saat bertandang ke tempat ini, tetap berlaku sopan dan hormati para monyet untuk tidak bertindak usil.

Sampai saat ini, penduduk sekitar masih menganggap monyet-monyet sebagai suci. Apalagi kawasan ini sebenarnya area tempat suci dengan pura di tengahnya. Hal ini sejalan dengan konsep umat Hindu di Bali, bahwa manusia harus hidup selaras dengan alam.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com