Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Makau Kota Sejarah

Kompas.com - 16/11/2012, 13:34 WIB

DI tengah perairan bergelombang kecil, seorang nelayan bercaping mengayuh jukung (perahu kecil dari bambu). Ketika nelayan itu hendak menjala ikan, sayang terpeleset dan jatuh ke laut.

Hanya dalam sekian detik, nelayan itu tersangkut di pucuk tiang setinggi 7 meter dari kapal besar, yang muncul dari dalam perairan. Itu bagian adegan awal dari cuplikan pertunjukan The House of the Dancing Water, Makau, China, pertengahan Oktober 2012.

Menyaksikan pertunjukan kombinasi akrobatis sirkus, opera, dan tarian balet arahan Franco Dragone terkesan memang spektakuler. Hanya dari kolam buatan yang tak terlalu luas, tidak hanya kapal besar yang muncul, tetapi juga rumah klasik China. Pranata panggung juga mampu menciptakan suara badai, kilat yang menggelegar, dan hujan buatan yang indah.

The House of the Dancing Water, pertunjukan berbasis air ini, memikat dengan didukung pemain-pemain opera, pesilat, dan atlet-atlet andal, mulai dari loncat indah hingga sejumlah cabang olahraga, termasuk pebalap motor trail. Seluruh pertunjukan berdurasi dua jam, didukung tata cahaya dan sound system multimedia, menggambarkan inspirasi kreatif akar kebudayaan China.

Permainan tata cahaya tidak hanya di The House of The Dancing Water. City of Dream juga menampilkan pertunjukan multimedia Dragon’s Treasure. Pertunjukan bercerita soal empat naga berkekuatan misterius, membawa penonton berpetualang di kerajaan yang penuh keajaiban. Semua ini tersaji dalam tata visual dan suara yang dahsyat di gedung teater tertutup berbentuk telur.

Ada pula pertunjukan gratis di depan gedung Wynn Makau. Wisatawan bisa menyaksikan Performance Lake, yakni tarian air mancur, gratis. Air mancur ini bisa menari dengan tata cahaya lampu sangat indah, disertai musik klasik sampai musik populer. Pertunjukan ini berdurasi 15 menit. Iluminasi terdiri dari berbagai unsur, seperti air, cahaya, warna, dan api, membutuhkan 200 titik air dan tempat yang mampu menampung 800.000 galon air.

Manager Komunikasi dan Relasi Publik Kantor Pemerintah Pariwisata Makau Indonesia, Ningsih A Chandra mengemukakan, sejumlah atraksi multimedia itu bagian pengembangan destinasi wisata baru di Makau, di samping destinasi kasino dan balap mobil yang sudah melegenda sejak tahun 1954.

Pemandu wisata Makau, Esther Lou, mengemukakan, Makau menginvestasikan pendapatan dari kasino supaya kota berkembang. Pendapatan dari kasino luar biasa, bisa mencapai Rp 15 miliar dalam setengah bulan saja. Tujuannya, menjadikan kota Makau kota perpaduan museum bangunan klasik, juga Makau sebagai kota modern dengan gedung-gedung pencakar langit yang memancarkan pelangi di malam hari.

Sebagai miniatur kota-kota di Eropa, perpaduan kekayaan arsitektur serta budaya Portugis dan China telah mewarnai tata kota dan kuliner yang melimpah di Makau. Di sejumlah kawasan wisata, terutama permukiman lama, dapat dijumpai jalan-jalan dari paving bebatuan khas kota-kota kecil di Eropa.

”Batu-batu ini dibawa Portugis 400 tahun lalu ke Makau. Saat itu, fungsi batu-batu sebagai pemberat kapal. Maklum, Portugis kala itu tidak sekaya bangsa Eropa lain. Dari Makau, barulah kapal itu bermuatan hasil bumi dan barang berharga lain,” kata Esther Lou.

Pusat sejarah Makau

Jalan paving bebatuan bisa dinikmati di Senado Square (Largo do Senado), tempat favorit wisatawan. Di plaza ini terdapat air mancur yang dikelilingi bangunan-bangunan bersejarah bergaya Portugis—kini berfungsi sebagai kantor Pemerintah Makau.

Kalau sore hari, wisatawan yang beruntung dapat menikmati pertunjukan musik di panggung terbuka atau acara perayaan publik lainnya. Lokasi ini juga menjadi pusat belanja suvenir seraya menikmati kuil-kuil tua dan gereja bergaya neoklasik.

Tidak jauh dari Senado Square, terdapat landmark Makau, yaitu reruntuhan Katedral St Paul, Gereja Master Dei yang didirikan pada 1602-1640 dan pada 1835 terbakar, tetapi tidak dibangun kembali. Sebagai kesatuan, Gereja Master Dei, Universitas St John, dan Bukit Benteng (Mount Fortress) merupakan bangunan kaum Jesuit dan dianggap ”acropolis” Makau.

Dua museum penting yang perlu dikunjungi di Makau adalah Museum Maritim (Museu Maritimo) dan Museum Makau (Museu de Macau). Kedua museum ini memiliki koleksi paling komplet untuk menambah cakrawala wisatawan mengenai Makau sebagai jalan sutra dan memahami sejarah peraduan kehidupan bangsa Portugis berintegrasi dengan penduduk China lokal. Museum Makau juga mengenalkan perpaduan arsitektur rumah orang Portugis dengan orang China.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com