Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sate Maranggi, Dingin di Luar, Hangat di Dalam

Kompas.com - 25/11/2012, 07:56 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

KOMPAS.com - Suasana ramai menghiasi sebuah kedai sate di Jalan Pegadaian, Cipendawa, Pacet, Jawa Barat. Pengunjung yang terdiri dari anak muda serta keluarga tersebut mungkin tak melihat jam yang telah menunjukkan pukul 23.00 WIB, hampir tengah malam. Di depan kedai sate layaknya restoran yang menyajikan sate lainnya, berasap itu, terpampang sebuah neon box yang bertuliskan 'Sate Maranggi Pak Maskur Tahun 1990'.

Kompas.com yang kebetulan melewati jalan Pegadaian, beberapa waktu lalu itu pun tertarik melipir ke kedai dengan dominasi bambu itu. Sedikit bersembunyi dari dinginnya malam di wilayah perbukitan, mungkin sama dengan alasan para pengunjung lainnya, mungkin juga tidak.

"Mau pesan apa mas? Daging saja atau campur lemak?" tanya seorang pegawai kedai dengan hangat.

Dua puluh tusuk, sepuluh daging sementara sepuluh lainnya lemak menjadi pilihan santapan makan tengah malam kala itu. Berdasarkan sajian, bentuk sate maranggi layaknya sate pada umumnya yang sedikit gosong bercambur bumbu kecap. Gurih. Dinginnya malam itu pun membuat tangan tak sabar mencicipi sajian sate tersebut.

Rupanya, alasan bersembunyi dari dinginnya angin malam tak sepenuhnya benar, juga tak sepenuhnya salah. Keduanya berpadu apik di dalam hangat dan empuknya sate maranggi ini. Sedikit menyiratkan kesimpulan, mengapa orang-orang di sekitar saya rela tengah malam mengunjungi Kedai Sate Maranggi Pak Maskur.

Rahmat Hidayat, salah satu penanggung jawab kedai sate itu atau yang biasa disebut mandor, mengatakan, Kedai Sate Pak Maskur dikelola oleh satu keluarga sejak tahun 1990. Sebagai usaha keluarga, kedai sate khas Purwakarta ini memiliki resep jitu dalam mengolah daging sate. "Soal resep sate, kita tidak ada yang tahu. Yang tahu cuma mereka yang bekerja di unit dapur. Memang dibuat begitu biar tetap terjaga resep keluarga kita," ujar Rahmat.

Meski sate yang diolah dari daging kambing itu berasal dari Purwakarta, pihak keluarga Pak Maskur pun melakukan modifikasi yang pada akhirnya membuat sate maranggi-nya menjadi terkenal, bahkan lebih terkenal dari daerah asal. "Kalo versi aslinya sate dicampur kacang dan kecap. Kalau di kita pakai oncom paling sama cabe rawit," terangnya.

Benar saja, gurih dan hangatnya sate maranggi memang tidak lengkap jika hanya dimakan 'polos' tanpa dicampur oncom dan kecap. Apalagi, pemilik kedai memadukan sate dengan dua pilihan sumber karbohidrat, nasi atau ketan. Tentu saja, keduanya disajikan dalam kondisi hangat. "Satu hari bisa dua baskom sate penuh. Kalau pengunjung paling ramai Sabtu, Minggu atau perayaan-perayaan, misalnya tahun baru," ujar Rahmat.

Jika anda tengah berada di kawasan Puncak, tinggal menyusuri Jalan Raya Puncak sekitar 20 menit lagi setelah Istana Negara Cipanas, kedai sate maranggi ini cocok menjadi penutup wisata. Rasakan paduan dingin hawa perbukitan dengan hangatnya sate maranggi bersama kerabat atau sanak saudara tercinta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com