Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Daging Mogok Berjualan

Kompas.com - 02/12/2012, 02:23 WIB

Magelang, Kompas - Pedagang daging sapi di Kota Magelang, Jawa Tengah, sepakat untuk mogok berjualan selama dua hari, mulai Sabtu (1/12) hingga Minggu ini. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes mereka terhadap pemerintah yang tidak kunjung bertindak mengendalikan harga daging sapi yang saat ini terus melonjak.

“Kami minta pemerintah kembali melakukan pengadaan sapi impor agar stok sapi dalam negeri mencukupi. Harga sapi hidup dan daging sapi lokal dapat terkendali dan terjangkau oleh masyarakat,” ujar Maryati (45), pedagang daging sapi di Penampungan Pedagang Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, Sabtu.

Pedagang daging sapi di Kota Magelang sekitar 50 orang dan tersebar di empat pasar. Untuk menegaskan protes mereka, sekitar 20 orang perwakilan pedagang menggelar unjuk rasa di depan rumah dinas Wali Kota Magelang. Kepala Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Magelang Suryantoro, seorang pejabat yang menemui mereka, mengatakan, protes pedagang ini akan disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Dari Jawa Timur, peternak tak ingin menjual sapinya karena aturan perdagangannya tak jelas. Dengan pola jual beli sapi potong yang berlaku saat ini, kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat Forum Peternak Sapi Indonesia (FPSI) Nasyiruddin di Surabaya, margin yang dinikmati peternak minim.

Diakui Nasyiruddin, stok sapi potong di Jatim cukup. Bahkan, peternak banyak menjual sapi ke berbagai daerah, sebab harganya lebih menjanjikan dan memberi keuntungan pada peternak.

Ketua FPSI Jatim Arum Sabil menambahkan, sapi ada di tangan peternak di berbagai sentra di Jatim, seperti Kabupaten Probolinggo, Tuban, Bojonegoro, dan di Pulau Madura. “Peternak menahan sapi, sebab harganya tidak sesuai biaya produksi selama melakukan penggemukan. Biasanya peternak menjual sapi, langsung membeli bakalan untuk digemukkan maksimal selama sembulan bulan,” katanya. Jika pasokan sapi ke rumah potong hewan minim, karena belum ada kesesuaian sistem transaksi antara peternak dengan pedagang.

Tak ada sapi impor

Maryati menuturkan, selama empat bulan terakhir di Magelang, harga sapi hidup dengan berat dua kuintal dari Rp 12 juta per ekor menjadi Rp 15 juta per ekor. Sejak Agustus lalu, harga daging sapi juga naik dari Rp 70.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 75.000/kg, dan saat ini mencapai Rp 85.000/kg.

Oleh karena tak ada sapi impor, lanjut Maryati, sapi lokal di desa pun akhirnya dibeli pedagang untuk memenuhi kebutuhan di kota. Harga sapi hidup dan daging sapi pun melonjak.

Suwaida (37), pedagang daging sapi lainnya, menuturkan, pelanggannya, yang sebagian adalah pedagang bakso mulai mengurangi volume pembelian daging sapi. Mereka mengganti daging sapi dengan daging ayam.

Diakui Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Jatim, Muthowif Hadi, hingga kini pasokan sapi masih sedikit, sehingga banyak pedagang daging di pasar tradisional tak berjualan. “Selama tidak ada regulasi dari pemerintah sapi potong dan bakalan dari Jatim akan cenderung dibawa ke daerah, karena harganya lebih mahal,” katanya.

Gubernur Jatim Soekarwo di Malang, mengaku telah mengirimkan surat edaran pada kepala daerah di kabupaten dan kota se-Jatim untuk mencegah keluarnya sapi dari Jatim, kecuali berbobot di atas 400 Kg dan tak produktif.(egi/eta/ody)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com