Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopi Jadul di Kedai Legendaris

Kompas.com - 08/12/2012, 15:30 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Secangkir kopi selalu menghangatkan suasana. Tak peduli tempat minum kopi sekedar warung sederhana, bukan kafe mahal di mal ala Jakarta punya.

Namun, di balik kesederhanaannya, kedai ini penuh dengan sejarah. Kedai Kopi Ake, begitu namanya, disebut-sebut sebagai kedai kopi tertua di Tanjung Pandan, ibu kota Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tepatnya di Jalan Veteran, masuk ke dalam gang yang disebut Gang 60.

“Ini sudah dari tahun 1922. Dari kakek saya, lanjut ke bapak saya, sekarang saya yang pegang,” ungkap Akiong, panggilan akrab pemilik kedai kopi itu.

Setelah hampir satu abad, peralatan yang dipakai pun masih sama. Gentong tempat menaruh air, alat penyulingan air, sampai ketel. Sebagian besar perkakas yang dipakai terbuat dari tembaga, sehingga mudah diperbaiki jika rusak.

“Alat penyuling ini dari Eropa. Kakek saya yang pakai, sampai sekarang masih saya pakai,” kata Akiong sambil sibuk menyeduh kopi.

Dulu, kedai kopi ini ramai oleh para pekerja timah. Seperti pada umumnya kedai kopi, Kedai Kopi Ake pun menjadi tempat ajang bersosialiasi. Letaknya pun sangat berdekatan dengan kantor bekas kantor tambang timah masa kolonial Belanda.

Kedai ini menempati bangunan tua yang terkesan kusam. Kursi-kursi kayu yang tak bisa dibilang nyaman, namun sangat terkesan rumahan. Ada pula meja bundar besar dari semen yang juga sudah jadul usianya.

Air yang sudah disuling kemudian direbus dalam cerek yang dipanaskan dengan bara api, bukan kompor gas. Tak heran, ada aroma asap dari kopi yang dihasilkan. Baru kemudian kopi diseduh. Cara menyeduhnya menggunakan saringan dari kain seperti stocking ke dalam gelas besar.

Baru kemudian dipindahkan ke gelas-gelas kecil sesuai pesanan. Jika menggunakan susu, maka sebelumnya gelas sudah diberi susu kental manis. Hasilnya, kopi pun tak berampas. Bisa juga tambahkan es untuk menu es kopi.

Tak ada yang istimewa dengan rasa kopinya. Ada aroma tanah khas kopi Lampung. Akiong pun menunjukkan kopi bubuk yang biasa ia pakai. Kopi bubuk produksi kota Tanjung Pandan itu bermerek Cap Elang Mas. Ia sudah lama menggunakan kopi itu. Seingatnya, biji kopi yang digunakan berasal dari biji kopi Lampung.

Kopi susu dihargai Rp 5.000, sementara kopi hitam Rp 4.000. Tergolong sangat murah. Apalagi jika dinikmati di pagi hari atau sore hari, sambil menyantap mi khas setempat. Ada pedagang mi di dekat kedai. Selain kopi, ada pula teh susu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com