Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolire, Desa yang Hilang di Kaki Gamalama

Kompas.com - 09/01/2013, 10:12 WIB

SIAPA yang tak kenal dengan Gunung Gamalama, gunung api aktif yang menjulang seakan memayungi Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.

Gunung Gamalama adalah sebuah gunung stratovolcano kerucut yang merupakan keseluruhan Pulau Ternate, Kepulauan Maluku. Pulau ini ada di pesisir barat Pulau Halmahera yang ada di bagian utara Kepulauan Maluku. Selama berabad-abad, Ternate adalah pusat benteng Portugis dan VOC Belanda untuk perdagangan rempah-rempah.

Gunung Gamalama yang memiliki tinggi 1.715 meter di atas permukaan laut menyimpan misteri tersendiri. Meski terus bergolak memuntahkan semburan abu namun jumlah penduduk yang mendiami kaki gunung terus bertambah.

Banyak legenda yang hidup di sekitar Gamalama, salah satunya Danau Tolire yang terletak tepat di kaki gunung api tertinggi di Maluku Utara itu. Danau yang terletak sekitar 10 kilometer dari Kota Ternate itu seperti loyang raksasa, airnya berwarna hijau tua dengan kedalaman sekitar 100 meter sampai ke permukaan air.

Warga Ternate mengenal ada dua danau yaitu Tolire Besar dan Tolire Kecil yang terpisah jarak sekitar 200 meter. "Kebanyakan orang bilang ini bekas kawah," kata Muhammad Nasir, warga setempat yang biasa berdagang makanan kecil di kawasan Danau Tolire.

Nasir menuturkan, menurut cerita yang hidup di masyarakat setempat Danau Tolire dahulu merupakan sebuah kampung yang ditinggali sekitar 1.200 jiwa.

Terbentuknya Danau Tolire bermula dari diadakannya sebuah pesat rakyat. Layaknya sebuah pesta tak lengkap tanpa minuman. Saat pesta berakhir, sang kepala suku yang sudah mabuk memanggil anak perempuannya ke dalam rumah sehingga terjadilah hubungan terlarang antar ayah dan anak tersebut.

"Namanya adat di kampung yang masih menjunjung tinggi sopan santun. Satu orang saja yang berbuat maka sekampung akan merasakan akibatnya," tutur Nasir.

Menjadi Danau

Saat subuh menjelang terdengar ayam jantan berkokok tiga kali. Seorang nenek mengabarkan bahwa kokok ayam tersebut bertanda tidak lama lagi kampung itu akan tenggelam. Tapi warga kampung tidak mempercayai pernyataan si nenek. Tiba-tiba muncul mata air dari tungku tempat memasak yang terdapat di samping rumah kepala suku.

Saat air yang memancar dari mata air semakin membesar, masyarakat mulai panik termasuk sang kepala suku yang berlari hanya membawa selembar baju, ia menginjak mata air itu yang tiba-tiba amblas menenggelamkan kampung.

"Anaknya juga berlari tapi agak jauh namun juga amblas sehingga kini dikenal dengan Danau Tolire kecil," ujar Nasir.

Entah benar atau tidak, kisah tersebut memunculkan daya tarik tersendiri Danau Tolire. Ketenangan alam dan hijaunya hutan kaki Gunung Gamalama yang menaungi sekeliling danau seakan memiliki daya magis.

Keunikan lain yang dimiliki Danau Tolire adalah jarak antara tebing hingga ke permukaan air yang cukup dalam memunculkan rasa penasaran pengunjung.

Tidak perlu susah mencari batu untuk memupus rasa penasaran, warga setempat menyediakan batu-batu yang bisa dibayar dengan uang Rp 1.000 untuk lima batu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com