Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Museum Goedang Ransoem di Sawahlunto

Kompas.com - 22/01/2013, 18:45 WIB

KOMPAS.com - WH de Greeve, seorang ahli geologi Belanda sekaligus ‘Sang Penemu’ batu bara di Sawahlunto tahun 1868 memperkirakan ada lebih dari 200 juta ton kandungan mutiara mitam atau batu bara di Sawahlunto.

Inilah yang memicu Pemerintah Hindia Belanda berikutnya menanamkan modal sekitar 5,5 juta gulden untuk membangun pemukiman dan fasilitas penambangan Ombilin.  Kemudian dibangunlah jalur kereta api Sawahlunto ke Teluk Bayur di Kota Padang (saat itu bernama Emma Haven) dan juga didatangkan peralatan penambangan langsung dari Jerman.

Museum ini berbeda dengan museum umumnya yang ada di Indonesia. Apa bedanya? Kita temukan cerita menariknya.

“Memahami masa silam untuk menata masa depan”. Itulah sebuah tulisan sarat makna terpampang tepat di samping pintu masuk Museum Goedang Ransoem. Tulisan tersebut seakan menjadi awal dibukanya pengetahuan baru bagi Anda saat berkunjung ke tempat luar biasa ini.

Museum Goedang Ransoem berlokasi di Jalan Abdul Rahman Hakim, Kelurahan Air Dingin, Sawahlunto, Sumatera Barat. Lokasi museum ini sekitar 94 kilometer atau 2 jam perjalanan dengan kendaraan dari Kota Padang, Sumatera Barat.

Kota Sawahlunto dulunya dikenal sebagai penghasil batu bara terbesar di Nusantara. Dari kota inilah Pemerintah Hindia Belanda meraup keuntungan amat besar sebagai sebuah eksekusi nyata dari ‘penjajahan’. Akan ada kesan dan pengalaman berharga dari Sawahlunto bagi Indonesia untuk anak cucu di masa akan datang.

Museum Goedang Ransoem sendiri menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pertambangan di Sawahlunto. Koleksi museumnya berjumlah 150 buah, itu belum termasuk koleksi foto lama yang berjumlah lebih dari 250 buah.

Untuk melihat peralatan dapur mungkin hal biasa tetapi bagaimana bila Anda melihat koleksi peralatan dapur yang berukuran raksasa? Nah, Anda dapat melihatnya di Museum Goedang Ransoem.

Awalnya gedung Museum Goedang Ransoem adalah kawasan dapur umum bagi pekerja tambang yang dibangun tahun 1881. Tempat ini memiliki dua buah gudang besar dan tungku pembakaran (steam generator). Tempat ini mempekerjakan sekitar 100 orang karyawan dan setiap harinya memasak lebih dari 65 pikul nasi atau setara 3.900 kilogram nasi untuk pekerja tambang batubara (orang rantai), keluarga pekerja tambang (orang kawalan), dan pasien rumah sakit.

Menu makanannya saat itu adalah nasi, daging, ikan asin, telur asin, sawi putih dan hijau, serta kol. Makanan tersebut diberikan pada siang dan malam hari. Untuk sarapannya pukul 10 pagi berupa lapek-lapek, dibuat dari beras ketan merah dibubuhi kelapa serta gula merah dan dibungkus daun pisang. Untuk minumannya adalah teh.

Pada masa saat itu, menu makanan tersebut terbilang cukup baik mengingat Pemerintah Hindia Belanda berkepentingan agar pekerja tambang (pekerja kontrak dan pekerja paksa orang rantai) dapat produktif sehingga menghasilkan keuntungan besar untuk pemerintah. Saat ini Anda dapat melihat replika bentuk makanan tersebut di museum ini.

Bahan bakar memasaknya saat itu menggunakan sistem uap dimana tepat di bawah ruang masak terdapat ruang bawah tanah dengan pipa cerobong yang mengalirkan uap panas untuk 20 tungku. Uap panas ini berasal dari air panas yang direbus dengan menggunakan boiler di atas perbukitan yang dialirkan uapnya ke dapur.

Gedung Museum Goedang Ransoem sempat menjadi tempat aktivitas memasak untuk tentara dalam skala besar pada masa Pendudukan Jepang hingga Agresi Belanda II. Di masa revolusi kemerdekaan, kawasan ini digunakan sebagai tempat memasak makanan tentara.

Setelah kemerdekaan sempat digunakan sebagai kantor Perusahaan Tambang Batu Bara Ombilin, gedung SMP Ombilin (1960-1970), hunian karyawan Tambang Batu Bara Ombilin (sampai 1980), dan juga hunian masyarakat setempat hingga 2004.

Berikutnya pada 2005 kawasan ini dikonservasi dan ditata pemerintah Kota Sawahlunto untuk acara permuseuman hingga 17 Desember 2005 dibuka resmi oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla.

Harga tiket masuk museum ini adalah Rp 4.000 untuk dewasa, dan Rp 2.000 untuk anak-anak. Jam aktif kunjungan museum ini adalah pada Selasa hingga Jumat 07.30-16.30, Sabtu dan Minggu 09.00-16.00.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

Jalan Jalan
Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com