Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transaksi Barter Warga Gunung dan Laut di Pasar Warloka

Kompas.com - 29/01/2013, 13:40 WIB

DI zaman modern sekarang, ternyata praktik jual beli dengan cara barter atau bertukar barang, masih ditemukan di Indonesia. Ketika berwisata ke Pulau Komodo, cobalah sempatkan mampir ke Pasar Warloka, untuk melihat transaksi dagang tanpa mata uang.

Saat mengeksplorasi kawasan Pulau Komodo dan sekitarnya, Kamga, pembawa acara program “Explore Indonesia” yang tayang di Kompas TV, mengunjungi Warloka. Pasar ini ada di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

Pasar Warloka

Pasar Warloka yang terletak di pesisir, memang berada di Pulau Flores. Namun, lokasinya sulit dijangkau melalui jalur darat. Untuk menuju ke sana lebih mudah menggunakan perahu, yang bisa disewa di Pelabuhan Labuan Bajo.

Oleh karena itu, jika wisatawan akan berkunjung ke Taman Nasional (TN) Komodo dan berangkat melalui Labuan Bajo, jangan lewatkan untuk lebih dulu singgah ke Warloka. Jaraknya sekitar 30 km barat daya Labuan Bajo.

Saat pagi masih gelap, Kamga berangkat dari Labuan Bajo dengan perahu menuju Warloka. Perjalanan sekitar satu jam. Di tengah jalan, alam menyuguhkan pesonanya. Semburat sinar dari ufuk timur perlahan mengusir kegelapan menjadi pagi yang cerah. Sunrise!

Akhirnya perahu sampai di Warloka dan pasar yang dituju berada persis di pinggir dermaga. Sekitar jam 6 pagi, pengunjung sudah berjejal. Pasar Warloka hanya ramai satu minggu sekali setiap hari pasaran.

Barang yang diperdagangkan umumnya hasil bumi dan hasil laut. Penduduk dari pegunungan membawa sayuran, buah, beras, dan umbi-umbian. Sedangkan ikan dan hasil laut, berasal dari warga yang bermukim di pesisir pantai.

Barter beras dan ikan di Pasar Warloka - Dok. Kompas TV
Barter beras dan ikan di Pasar Warloka. (Foto: Dok. Kompas TV)

“Baru saja ada pertukaran, jadi ibu dari gunung, dia membawa satu ikat sayur kangkung, dan satu ikat sayur kangkung ini ternyata bisa mendapatkan satu ikat ikan asin yang cukup besar,” kata Kamga ketika menyaksikan dua orang ibu melakukan barter.

Setidaknya Kamga, menyaksikan tiga kali proses transaksi barter di pasar ini. Memang tidak semua transaksi dilakukan dengan tukar barang. Banyak jual beli sudah menggunakan mata uang rupiah.

“Kan uang di sini susah atau jarang, jadi warga kadang lebih mudah dengan tukar barang. Misalnya kita jual sayuran dapat uang, lalu uangnya bisa buat beli sabun dan kebutuhan sehari-hari, sedangkan sayur sisanya bisa tukar dengan ikan,” jelas pedagang bernama Rasti.

Karena penasaran, Kamga tertarik untuk mencoba melakukan transaksi barter. Caranya? Karena tidak punya barang yang hendak dijual, maka ia lebih dulu membeli ikan segar. Lalu, ikan dibawa keliling pasar dan Kamga mencoba menukarkan ikannya kepada pedagang sayuran.

“Tadi saya beli ikan Rp 10 ribu, dan saya berhasil tukarkan dengan labu. Saya tidak tahu ini untung atau tidak karena saya tidak tahu harga labu ini, tapi labunya dapat besar,” ungkap Kamga senang.

Parkiran Kerbau

Berjalan ke belakang pasar, terdapat sebuah tempat parkiran yang luas. Namun isinya bukan mobil atau motor, melainkan kerbau. Tidak ada kendaraan bermotor di sini, dan kerbau digunakan warga pegunungan sebagai alat angkut barang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com