Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi "Fun Trekking" Gunung Purba

Kompas.com - 30/04/2013, 15:51 WIB

Oleh Aloysius B Kurniawan dan Ferganata Indra R

MENDAKI gunung identik dengan aktivitas ekstrem yang membutuhkan keberanian, tenaga ekstra, dan perbekalan lengkap. Namun, konsep ini tak berlaku bagi pendaki gunung purba Nglanggeran di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hanya dalam waktu satu jam, pendaki bisa mencapai puncak dan menikmati bentangan alam formasi geologi Nglanggeran yang indah.

Berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Yogyakarta, gunung purba Nglanggeran menjadi lokasi tepat bagi pendaki pemula, atau mereka yang ingin menyegarkan pikiran di atas ketinggian. Sensasi mendaki gunung dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini lebih tepat disebut sebagai fun trekking sebab pendaki hanya butuh waktu singkat untuk sampai ke puncak, tanpa harus khawatir tersesat di perjalanan.

Meskipun demikian, Nglanggeran masih tetap menampilkan sensasi petualangan dengan keberadaan bongkahan batu breksi andesit raksasa. Pendaki harus menyusup di antaranya. Menjelang gardu pandang 1, atau disebut Gunung Bagong, pendaki mesti menyusuri celah sempit lorong supitan dengan dinding batu di kanan kiri.

Untuk sampai gardu pandang 1, pendaki hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Di depan gazebo gardu pandang 1 terpampang pelataran luas Gunung Bagong. Sejauh mata memandang ke sisi utara, pendaki bisa menikmati hamparan sawah nan hijau dengan formasi berundak-undak di bawah Bukit Ngoro-oro. Sayangnya tepat di atas persawahan panorama ini ”diganggu” dengan tower stasiun televisi yang berjajar rapat.

Agak condong ke arah timur laut tampak puncak Gunung Merapi mengepulkan asap putih tipis merona kekuningan terpapar sinar matahari. Di bagian selatan, dinding raksasa batuan breksi Gunung Nglanggeran menjulang tinggi ke atas dengan paduan warna hitam putih.

”Setahun lalu, belum ada jalan setapak yang diperkeras dengan lempengan semen. Belum ada pula gazebo permanen dengan peneduh genteng,” kata Yuli Sustiawan, seorang pendaki, pekan lalu.

Hanya selang 10 menit, dari gardu pandang 1, pendaki bisa langsung mencapai gardu pandang 2. Kemudian, 10 menit berikutnya, dua gardu pandang sekaligus, yaitu gardu pandang 3 dan 4, mudah sekali dilalui.

Begitu sampai di gardu pandang 4, pendaki tinggal menjalani satu ujian medan trekking selama 20 menit untuk sampai di puncak tertinggi Nglanggeran, yang dinamakan Gunung Gedhe. Di tempat ini tersedia pelataran agak luas yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat kemah dengan perlindungan batu-batuan besar di sekelilingnya.

Bagi pendaki yang butuh tantangan ekstra, mereka bisa mencoba menyusuri goa Jepang dan turun menengok sumber mata air Comberan di sisi barat Gunung Gedhe. Lokasi mata air ini agak tersembunyi sebab terlindungi celah sempit rekahan dua batu besar seukuran rumah. Bagi pengunjung yang penasaran melongok keberadaan mata air Comberan, pengelola membuat tangga kayu untuk naik ke atas mulut rekahan batu.

Dari mulut rekahan batu, yang oleh warga setempat disebut sebagai goa Jepang, pendaki harus hati-hati turun ke lokasi mata air di bagian bawah dengan meniti pahatan batu yang membentuk formasi tangga darurat di antara celah itu sepanjang kira-kira 5 meter.

Sawit, warga setempat, mengungkapkan, tempat itu dinamakan goa Jepang karena pernah dipakai tentara Jepang sebagai tempat persembunyian dari kejaran tentara Sekutu pada Perang Dunia II. ”Mereka pula yang membuat pahatan di dinding sampai turun ke mata air Comberan,” ujarnya.

Fosil gunung purba

Geolog Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, mengatakan, Nglanggeran adalah gunung api purba yang mati sejak jutaan tahun lalu. Nglanggeran kini tinggal menyisakan semacam fosil keberadaan gunung api purba.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com