Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Loenpia Semarang, Bermula dari Cinta

Kompas.com - 30/04/2013, 17:36 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Kota Semarang memang dikenal sebagai salah satu kota dengan kawasan pecinan yang cukup luas. Di sudut kawasan pecinan Kota Semarang ini terdapat salah satu tempat kuliner cukup terkenal. Itulah Loenpia Semarang Gang Lombok, makanan sejenis gorengan dengan isi rebung, udang dan telur yang digulung dengan kulit adonan.

Perpaduan rasa yang sedikit manis dan gurih, makanan peranakan Cina ini memang cukup berbeda dengan makanan khas Cina lainnya. Ringan namun cukup mengenyangkan, makanan ini bisa dibilang sebagai perpaduan cinta antara Cina dan Jawa.

Loenpia sudah menjadi khas dan kebanggaan warga Kota Semarang. Berdasarkan cerita, makanan ini memang bermula dari cinta.

Dikisahkan dulu terdapat seorang pendatang asal Cina di Semarang bernama Tjoa Thay Yoe yang berjualan makanan di seputaran kawasan Pecinan. Seorang gadis pribumi bernama Wasih juga sama-sama berjualan makanan kecil seperti yang dijual Tjoa Thay Yoe.

Lama-lama keduanya kemudian jatuh cinta dan menikah. Setelah itu digabungkanlah ide keduanya untuk membuat makanan dengan apa yang sekarang disebut loenpia atau lumpia. Kreasi itu semata-mata untuk mengembangkan usaha keduanya. Makanan ini sudah dikenal pada sekitar akhir abad 19.

Keturunan asli dari keduanya sekarang masih berjualan di Gang Lombok No 11 kawasan pecinan Semarang sehingga dikenal dengan loenpia Gang Lombok. Saat ini pengelola loenpia tersebut merupakan generasi asli yang keempat yakni Untung, yang merupakan keturunan generasi sebelumnya Purnomo Usodo.

Racikan isi dari loenpia Semarang sebelumnya bias memilih yakni isi udang, isi ayam dan campuran udang serta ayam. Namun untuk saat ini yang dijual yakni dengan isi yang merupakan kombinasi rebung, orak-arik telur, ayam dan udang.

Bagi yang tidak menyukai aroma rebung, tidak perlu khawatir sebab loenpia asli Semarang ini menggunakan rebung pilihan yang masih segar dan tidak berbau.

Dalam menikmatinya, loenpia ini akan dipadukan dengan acar ketimun, bawang muda berdaun, daun selada dan saus kental manis berwarna cokelat yang terbuat dari tepung tapioka dan kecap. Tidak hanya digoreng, loenpia ini juga dijual yang belum digoreng atau biasa disebut loenpia basah.

Loenpia bukan hanya dijual di Gang Lombok, namun sudah semakin banyak yang menjualnya baik keturunan asli dari Tjoa Thay Yoe dan Wasih ataupun bukan. Makanan ini sudah semakin banyak di jajakan di sepanjang Jalan Mataram, Jalan Pemuda dan Jalan Gajahmada Semarang.

Harga jual loenpia bervariasi antara Rp 5.000 hingga Rp 15.000 tergantung besar kecilnya. Sedangkan di loenpia Gang Lombok saat ini dijual dengan harga Rp 12.000 baik untuk yang basah ataupun yang kering.

Pemerhati Kota Semarang, Jongkie Tio mengatakan loenpia ini merupakan asli peranakan dari Kota Semarang. Sebab di Cina pun tidak akan ditemukan makanan semacam ini. “Khasnya memang Semarang, kalaupun di luar daerah ada pasti berbeda juga dengan Semarang,” tuturnya.

Dulunya, loenpia biasa diisi dengan rebung, telur dan pihi atau sejenis binatang laut yang dipercaya bisa meningkatkan vitalitas pria. Namun karena pihi semakin jarang ditemukan, akhirnya diganti dengan udang ataupun ebi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

    Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

    Travel Tips
    Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

    Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

    Travel Update
    Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

    Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

    Travel Update
    4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

    4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

    Travel Tips
    Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

    Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

    Jalan Jalan
    4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

    4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

    Travel Tips
    Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

    Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

    Travel Update
    Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

    Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

    Jalan Jalan
    Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

    Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

    Jalan Jalan
     7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

    7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

    Jalan Jalan
    5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

    5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

    Travel Tips
    Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

    Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

    Jalan Jalan
    Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

    Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

    Travel Update
    Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

    Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

    Travel Update
    Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

    Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com