Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Masa Silam Bahrain

Kompas.com - 07/06/2013, 10:05 WIB

BAHRAIN, riwayatmu kini, menjadi tuan rumah putaran kedua balap Formula 1 tahun 2013 pada April lalu. Bahrain, riwayatmu dulu, telah menjadi kota ramai sejak tahun 2100 sebelum Masehi.

Malam hari, di areal depan Sirkuit Internasional Sakhir, Bahrain, pohon-pohon palem dan dedaunannya pun bersinar karena dililit lampu-lampu hias.

Balapan yang berlangsung pada sore hari membuat banyak penonton Formula 1 memiliki banyak waktu luang di pagi hingga sore hari. Ada penonton yang lebih memilih menghabiskan waktu di sekitar sirkuit sejak pagi atau siang hari sembari menunggu balapan. Mereka bisa makan-minum di berbagai macam gerai tenda, bersantai di bantal-bantal berpayung yang disediakan atau menonton pertunjukan seni.

Namun sebenarnya, ada hal menarik lainnya yang bisa dilakukan, yakni menyusuri masa silam Kerajaan Bahrain. Negeri kepulauan yang tanahnya rata dan bergurun atau berpadang pasir ini tidak memiliki batasan darat dengan negara lain. Di sisi barat, Bahrain bertetangga dengan Arab Saudi dan di sisi selatan dan timur bertetangga dengan Qatar.

Bahrain yang kini berpenduduk ”hanya” 1,2 juta orang ditempati manusia sejak zaman prasejarah. Hal itu dibuktikan dengan adanya penggalian situs reruntuhan bangunan bekas hunian Dilmun di Saar, sebuah area di sebelah barat Manama, ibu kota Bahrain. Penggalian yang dilakukan oleh London-Bahrain Archaeological Expedition tersebut berlangsung sejak 1990 hingga 1999.

Bangunan hunian tersebut diperkirakan ditempati 7.000 orang. Diperkirakan lokasi tersebut dihuni selama 250 tahun, antara tahun 2100 SM dan 1850 SM.

Pusat perdagangan

Lokasi Bahrain yang strategis di Teluk Persia menjadikan Bahrain sebagai pusat perdagangan antara Mesopotamia (Irak) dan Lembah Indus (India). Pertukaran barang mulai dari berbagai macam komoditas sampai barang-barang mewah pun terjadi di sini.

Bangunan penting bagi perdagangan ini adalah benteng Bahrain (Qal’at al-Bahrain/Bahrain Fort) di Manama. Al Manamah atau Manama adalah ibu kota Kerajaan Bahrain. Selain untuk mengawasi jalannya perdagangan, karena di bawah benteng dibangun pasar—yang kini tinggal puing-puingnya saja—benteng juga digunakan untuk perlindungan.

Dari area benteng Bahrain ini, Anda bisa mengakses garis pantai. Di tempat ini juga kita bisa melihat matahari terbenam. Jika air laut biasanya asin, di pantai dekat benteng ada beberapa titik sumber air yang justru berair manis.

Untuk makin memahami sejarah masa lalu Bahrain, Anda juga bisa mengunjungi Museum Nasional Bahrain. Perkakas sejak zaman prasejarah, replika kuburan kuno hingga beberapa manekin yang menggambarkan aktivitas harian masyarakat Bahrain, seperti berproduksi, berdagang di pasar, bersosialisasi, melaksanakan ibadah hingga kegiatan sosial, juga dipajang di museum ini.

Bangunan lain di Manama yang menarik untuk dikunjungi adalah Masjid Besar Al-Fateh. Masjid yang lokasinya di dekat King Faisal Highway di area Juffair ini dibangun di atas tanah seluas 6.500 meter persegi dan mampu menampung 7.000 jemaah. Masjid dibangun pada tahun 1987 oleh Sheikh Isa ibn Salman Al Khalifah.

Masjid pun dibuka untuk umum dan bisa dikunjungi turis mulai pukul 09.00 hingga pukul 17.00. Untuk penghormatan, pengunjung perempuan diwajibkan melapis baju mereka dengan abaya (jubah hitam) dan kerudung hitam. Begitupun turis laki-laki yang bercelana pendek selutut juga wajib mengenakan jubah untuk masuk ke dalam masjid.

Jangan pula lupa mampir ke peternakan unta yang dikelola oleh swasta. Tingkah pola unta di siang yang begitu terik pun menjadi atraksi turis yang menarik di kota Manama.

Tidak hanya itu, untuk membeli pernak-pernik oleh-oleh atau suvenir, Anda pun bisa mengunjungi pasar Manama di pusat kota. Di pasar ini dijual segala macam keperluan sehari-hari, tidak hanya cendera mata. Para penjualnya pun sangat atraktif. Salah satu menarik calon pembelinya dengan menggunakan syal atau barang dagangan lain yang ditawarkannya. (Elok Dyah Messwati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com